Mengapa Akidah Dulu
Mengapa perlu disampaikan akidah dulu? Faridah mengurai delapan hal pentingnya menguatkan akidah sebagai hal utama.
Pertama, pembebasan manusia dari segala hal berbau syirik. “Dengan memiliki akidah yang benar, seseorang akan terbebas dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah,” ucapnya.
“Doa kita sebanyak buih di lautan kalau tidak ada syirik, Allah akan mengampuni,” imbuh lulusan Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Kedua, membentuk kepribadian yang konsisten. “Dengan tertanamnya akidah yang benar, akan membentuk kepribadian yang tangguh, kokoh, dan handal!” tegasnya.
Ketiga, menjadi pusat ketentraman. “Dengan memahami akidah yang benar, akan mampu menentramkan jiwa. Karena jiwanya tidak akan merasa takut kecuali hanya takut kepada Allah!” ungkap Faridah.
Keempat, menjadi sumber kekuatan jiwa. “Dengan berakidah yang benar maka akan memiliki kekuatan jiwa, karena yang serba ‘Maha’ akan selalu bersamanya,” ucap wanita itu.
Kelima, tercipta ukhuwah dan persamaan karena ikatan akidah adalah kekuatan dasar yang abadi, bisa mengekalkan ukhuwah, dan persamaan.
Keenam, memberi kabar gembira sebelum menyampaikan ancaman atau istilah dalam fikih dakwahnya (at-targhib qabla tarhib). “Sampaikan yang senang-senang dulu, jangan dibikin lari!” imbaunya.
Ketujuh, mempermudah, tidak mempersulit (attaisir la taksir). Dia mencontohkan, kalau ada anggota yang belum bisa membeli buku atau seragam, maka tetap dibolehkan mengikuti kajian.
Kedepalan, ada skala prioritas (al-awwaliyat). Di mencontohkan, dari sekian banyak peserta yang hadir, kemampuan penyerapan informasinya berbeda. Dia menuturkan, “Kualitas berpikir seseorang macam-macam maka perlu memperhatikan skala prioritasnya!”
Adab Dakwah
Faridah menukil an-Nahl: 125. “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Dari ayat itu, dia menegaskan kita harus bijaksana. Dalam arti bijak memahami bagaimana objek dakwah. “Seberapa tinggi ilmunya?” ujarnya.
“Kalau yang kita hadapi emak-emak yang mungkin dulu pendidikannya SD, ya sesuaikan bahasanya biar mereka paham,” jelas wanita kelahiran Kalirejo, Dukun, Gresik itu.
Bagaimana ber-mauidhah khasanah, Faridah mengingatkan dengan Taha ayat 44. Dalam ayat itu diterangkan perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun tentang cara menghadapi Firaun.
“Bila terjadi dialog, berbantah, bertukar pikiran hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, lemah lembut, tutur kata yang sopan,” imbaunya.
Begitulah Faridah membekali 69 peserta—calon mubalighat—utusan Aisyiyah se-Kabupaten Gresik hadir di sana. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni