Sekolah Lain Bisa
Ustadz Zainul menceritakan, di Sidoarjo terdapat sekolah Insan Cendekia Boarding School. Gedungnya sangat besar, sangat mewah, 50 persen siswa SMP-SMA tidak bayar. Juga memiliki lima pesantren besar di Jawa Timur. Semuanya tidak bayar, dan semuanya dibagun dengan dana ZIS (zakat, infak, dan sedekah).
“Padahal, mereka sama sekali belum memiliki portofolio sekolah-sekolah seperti Muhammadiyah,” ceritanya kepada 800 peserta konsolidasi dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Dia menegaskan, Muhammadiyah di Jawa Timur memiliki 1.022 sekolah namun tidak bisa menjual ke publik untuk mendapatkan dana ZIS itu sendiri.
“Kenapa, karena kita mengabaikan pesan PP Muhammadiyah, untuk mendirikan kantor layanan di seluruh amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang ada di Indonesia ini,” katanya.
Mnurut dia, ini merupakan pelajaran penting. “Kita sudah punya banyak sekolah, punya siswa, tinggal kita bicara ke publik dengan legalitas surat keputusan Lazismu yang kemudian kita tinggal bilang, ‘Saya butuh bangun ini loh, saya butuh sekian ratus juta untuk biayai anak-anak sekolah yang tidak mampu, dan sebagainya.’,” tuturnya.
Dia menegaskan, jika Lazismu kabupaten/kota belum bisa meng-cover itu semua, silakan minta legalitas dari Lazismu Jatim untuk mendirikan KLL di AUM yang ada.
“Hari ini, hampir semua Laismu di seluruh Jawa Timur masih belum bisa memberi gaji kepada amilnya secara layak, minimal UMK. Apalagi ini diminta untuk sekolah-sekolah, untuk men-support program-program PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah),” katanya.
Untuk itu, Zainul Muslimin berpesan, perlu kiranya melaksanakan dan mengurus Lazismu dengan sebenar-benarnya, dengan serius, dan bersungguh-sungguh. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni