Identitas, Visi, dan Misi Aisyiyah
Bu Candra menerangkan, identitas Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar, dan tajdid, berasaskan Islam bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah shahihah.
“Aisyiyah memiliki visi ideal yakni tegaknya agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” kata dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu.
Aisyiyah, lanjutnya, punya visi pengembangan yakni tercapainya usaha-usaha Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Bu Candra lalu menjelaskan beberapa misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program kerja, dan kegiatan seperti menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta mengamalkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan serta meningkatkan harkat martabat kaum perempuan sesuai ajaran Islam.
Lima Karakter Aisyiyah
Dia menerangkan lima karakter Aisyiyah. Pertama, sebagai gerakan Islam (harakatul Islam). Kedua, sebagai gerakan perempuan berkemajuan pada garis wasathiyah, agar tidak terbawa arus ke kanan atau ke kiri.
Ketiga, sebagai gerakan sosial kemasyarakatan di akar rumput tanpa membedakan ras, suku, agama. Keempat, sebagai gerakan beramal usaha dalam segala bidangnya. Kelima, sebagai gerakan kebangsaan yang miliki khittah dan kepribadian. “Jika positif kita beramar makruf, jika negatif kita luruskan tanpa kehilangan kepribadian,” jelasnya.
Lantas bagaimana posisi Aisyiyah dalam Islam berkemajuan dan gerakan pencerah? Dia mengingatkan sebagaimana tertuang dalam Pernyataan Pikiran Satu Abad Muhammadiyah, Islam berkemajuan merupakan refleksi dari surat Ali Imran 104 dan 110 sekaligus tafsir dari surat al-Maun untuk menghadirkan dakwah dan tajdid.
“Jadi, ideologi Islam berkemajuan itu melahirkan pencerah bagi kehidupan, sedang perempuan berkemajuan itu tipikal atau model bagi para aktivis Aisyiyah,” tegasnya.
“Sehingga untuk penguatan posisi dan perannya sebagai gerakan perempuan Muslim di Tanah Air diharapkan Aisyiyah mampu melakukan dakwah tidak hanya secara tekstual namun dengan kontekstual,” tuturnya.
Alumni MI Assa’adah Bungah ini juga menambahkan ketika dalam perjalanan dakwah sebagai kader Aisyiyah, kemudian kita temui hal-hal yang tidak sama dengan ideologi kita, maka janganlah kita cari perbedaan itu dulu.
“Akan tetapi kita ambil kesamaannya dulu lalu kita masuk di dakwah kulturalnya yakni dengan mengedukasi secara rasional dan logis,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni