Dai Cengengesan Dibahas di Pelatihan Mubalighat Muda, Laporan Sayyidah Nuriyah Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Tips menggaet dukungan keluarga dan menyikapi mubalighat cengengesan. Kedua hal ini diulas Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Faridah Muwafiq SAg.
Dia menerangkannya dalam sesi diskusi Pelatihan Mubalighat Muda di Cordoba Convention Hall SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik (Smamio), Ahad (30/1/2022) siang. Pelatihan bertema ‘Mencetak Mubalighat Muda yang Mencerahkan dan Berkemajuan’ itu digelar Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah Gresik.
Problem Dukungan Keluarga
Dalam sesi diskusi, Candra Wahyu—utusan PCA Wringinanom—menanyakan, apakah ada problem dalam berdakwah. Kemudian, dia meminta penjelasan solusinya jika ada.
Menurut Faridah, problem itu banyak sekali kalau mau didaftar. Di antaranya, dia menyebutkan masalah dari diri sendiri dan dari lingkup keluarga.
“Kita sebagai seorang ibu, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali itu kerja tanpa absen. Itu problem awal!” ungkapnya.
Kemudian dia mengajak para peserta merenungkan, apakah sudah mendapat dukungan dari suami untuk menjadi muballighat. “Bagaimana dengan suami? Mengizinkan dan mendukung kita tidak?” tanya Faridah.
“Bagaimana tingkah laku anak-anak? Apakah anak-anak mendukung langkah saya? Sudahkah tertata?” imbuh wanita kelahiran Kalirejo, Dukun, Gresik itu.
Sebab, Faridah mengingatkan, ketika menjadi muballighat, setiap perilaku kita menjadi perhatian orang lain. Kondisi keluarga, terlebih anak, menurutnya juga tak luput dari sasaran perhatian orang-orang yang mengenal kita sebagai muballighat. “Di mana-mana ada mata,” ungkapnya.
Untuk itu, dia menyarankan keluarga perlu memberitahu keluara satu per satu sebelum melangkah lebih jauh sebagai muballighat. “Minta kesepakatan dulu dengan suami!” Tutur dia.
Jika suami sudah mendukung, maka suami-istri bersama-sama menerangkan kepada anak-anak. “Begitu pula ke saudara, perlu minta dukungan,” ujarnya. Dengan demikian, seluruh keluarga juga ikut menjaga perilakunya sebagai keluarga muballighat.
“Belum lagi ketika kita ke mana-mana butuh kendaraan,” ujarnya. Menurutnya, perlu diperhitungkan juga bagaimana transportasi ketika kita berdakwah.
Baca sambungan di halaman 2: Mubalighat Cengengesan