Berbicara tentang kesenjangan, Buya Syafii pun tak menampik adanya ketidaksehatan keadilan di negeri ini, terutama dalam bidang ekonomi.
Apakah isu tentang adanya ‘9 Naga’ itu benar adanya? “Iya, betul. Yang 5 persen penduduk menguasai 90 persen kekayaan, dan yang muslim hanya 1 orang,” jelas Buya.
(Baca juga: Din Syamsuddin: Boleh Berbeda Pendapat, tapi Jangan di Depan Umum)
Buya lantas mengajak untuk membayangkan bagaimana kondisi negeri yang mayoritas mutlak Muslim ini, justru penguasa ekonominya adalah non-Muslim. “Dari 35 orang terkaya di indonesia, yang muslim hanya 1 orang,” kata Buya.
Hanya sedikit warga, tapi menguasai mayoritas aset bangsa ini, jelas Buya, merupakan sebuah ancaman bagi bangsa. “Ini adalah ancaman nasional. Kalau 1,2 persen orang yang menguasai 95 persen aset bangsa ini membawa lari uang negara ke luar negeri, maka negara ini di ambang kehancuran,” jelas Buya.
(Baca juga: Cara Buya Syafii Maarif “Besarkan” Din Syamsuddin, Begini Kesaksian Hajriyanto Thohari)
Meski demikian, Buya pun menyatakan bahwa keperkasaan Naga 9 itu juga tidak lepas dari tangan-tangan orang Islam sendiri. Ia menjadi bagian sejarah masa lalu yang tidak lepas dari peran umat Islam ketika ada sebagian yang dipercaya sebagai pemimpin Indonesia.
“Kita umat Islam lah yang memberi fasilitas pada mereka, untuk menghancurkan diri kita sendiri,” jelas Guru Besar sejarah tentang adanya sepak terjang pemimpin Indonesia yang tidak selamanya mencerminkan akhlak Islam.
(Baca juga: Dalam Pro-Kontra Buya Syafii, Aku Kehilangan Banyak Bapak)
Karena akar utamanya adalah kesenjangan, maka kata Buya, akar masalah ini yang harus dipotong. “Dan jalan satu-satunya hanya dengan membangkitkan ekonomi masyarakat di setiap sektor dan tingkatan.”
“Kalau tidak, kita akan menjadi jongos seumur hidup. Semangat kewirausahaan itu yang penting. Tanpa itu, tidak ada harapan lagi,” pungkas Buya tentang upaya membangkitkan umat Islam di Indonesia.
(Baca juga: Kisah Haedar Nashir tentang Isi 2 Kali Pertemuan dengan Presiden Jokowi Soal Ahok)
Ancaman nasional tentang kesenjangan ini sendiri juga sudah diingatkan oleh PP Muhammadiyah, lewat Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan. Dalam outlook ekonomi yang diselenggarakan akhir tahun lalu, bahaya itu sudah lantang disuarakan [berita: Jika 0,2 % Penduduk Kuasai 66 % Aset Lahan Nasional …].
Semoga umat Islam cepat bangkit di bidang ekonomi agar kesenjangan ini bisa terpangkas! (uzlifah/kholid)