Anak Favorit dan Kabing Hitam
Kelima, biasanya punya anak yang difavoritkan dan dikambinghitamkan karena ia butuh seseorang untuk melindunginya.
“Biasanya ada anak yang difavoritkan, ‘mama seneng deh sama kamu, eh kamu ndak usah sama kakak ya’ sengaja memfavoritkan salah satu anak agar si orang tua ini ada yang membela,” ungkapnya.
Keenam, sering menyalahkan anak bahwa ia tidak dicintai karena memang ia memiliki kekurangan. “Konsekuensi kalau anak malas harus ada, tapi kita tidak harus jadi kejam, hanya memarahi, memukul tanpa memberi solusi di balik masalahnya, misal nilainya yang jelek. Jangan-jangan karena kita sendiri yang memberikan HP terlalu dini, sehingga anak tidak bisa mengatur waktu, atau yang lain,” ungkapnya.
Ketujuh, mengecilkan perasaan anak. “Ini biasanya dialami anak laki-laki. Sering kita dengar ‘duh, gitu aja nangis. laki-laki kok nangis’. Nangis itu tidak boleh diidentikkan sengan kelemahan, karena justru setelah nangis kita bisa lebih kuat lagi,” jelas Devi.
Kedelapan, menolak untuk mendengarkan atau memahami anak. Orangtua hanya memanggil anak ketika mempunyai kepentingan untuk dirinya sendiri saja.
“Pernah ndak kita ngobrol sama anak, asal ngobrol aja, emang kita pengen mendengarkan dia aja, apa sih yang dia alami, dan lain-lain. Biasanya kita kalo manggil anak hanya karena kepentingan kita, mau nasihatin, nyuruh, atau mau ngorek sesuatu,” kata Devi sambil tersenyum.
Kesembilan, anak jadi ingin terus mencari pengakuan dan validasi dari orangtua. “Karena tidak mendapatkan pujian atau apresiasi dari orangtua, jadi dia mencari pengakuan dari luar dan cenderung hal yang negatif,” jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni