PWMU.CO– Kiat sukses mendidik anak di masa depan menjadi bahasan acara parenting di SD Muhammadiyah 21 (SD Mudatu) Bulaksari Masjid Surabaya, Sabtu (29/1/2022).
Kegiatan dengan tema Sinergi Sekolah dan Keluarga untuk Kesuksesan Anak di Masa Depan diikuti 100 wali murid Taman Kanak-Kanak Se Surabaya Utara.
Hadir sebagai narasumber parenting kiat sukses mendidik anak ini, Siti Fauziah SPd MSi CBHC pendiri Open Mind Consulting dan Konselor Keluarga.
Sebelum membagi resep sukses mendidik anak, alumnus SD Muhammadiyah 16 Surabaya ini mengajukan dua pertanyaan kepada peserta yang didominasi kaum hawa ini.
”Ibu-ibu dan bapak, kira-kira apa yang menjadi kekhawatiran terhadap anak kita?” tanya Fauziah.
”Tidak memiliki ilmu,” jawab Zaenal Ishom.
”Hidup tidak mendapat ridho Allah,” saut ibu yang berkerudung ungu.
”Ada lagi?”
”Tidak sukses kehidupannya.”
Siti Fauziah yang pernah menjadi Kepala TK Al Falah 2005-2013 melanjutkan pertanyaanya,”Apa cita-cita hidup kita?”
Ada yang menjawab ingin anaknya saleh-salehah, bermanfaat untuk sesama. Sukses dunia akhirat. ”Alhamdulillah, bapak Kepala SD Muhammadiyah 21 harus bangga kepada calon wali murid yang memilki visi misi luar biasa,” ujarnya memberi apresiasi kepada hadirin.
Tujuh Kiat Sukses
Alumnus Magister Psikologi Universitas Airlangga Surabaya ini lantas menjelaskan tujuh kiat sukses mendidik anak di masa depan sinergi sekolah dan keluarga.
Pertama, Think Positive (berpikir positif). ”Berpikir positif akan membuat kita bahagia. Termasuk bahagia dalam mendidik anak. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sekolah kepada anak. Kita sikapi dengan baik,” ujarnya.
Kedua, berdoa. ”Jangan lupa anak adalah amanah terindah yang sangat berharga. Karenanya orangtua wajib mendoakan. Termasuk guru juga didoakan agar sabar mendidik anak-anak kita, coba kalau guru tidak sabar, bisa-bisa ia akan marah-marah, itu juga berimbas pada anak,” ujarnya.
Alumnus Pesantren Persis Putri Bangil ini mengajak peserta berdoa sebagaimana doanya Nabi Ibrahim as dalam surat al-Furqon: 74
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.
Dia mengulas, kata dzurriyyatina yang artinya keturunan kami, ini bukan saja anak tapi cucu, cicit, canggah dan seluruh keturunan kita. Ini adalah doa yang sangat dahsyat.
Ketiga, sediakan waktu mendampingi anak belajar di rumah. Sesibuk apapun pekerjaan kita sediakan waktu. ”Sekolah itu partner mendidik anak-anak kita. Jadi orangtua jangan pasrah bongkoan, ya Bu…, bapak.. ?”
”Yaaa…” jawab serempak ibu-ibu sambil tertawa
Sebenarnya guru utama anak adalah orang tua terutama ayah. Dialog antara ayah dengan anak dalam al-Quran ada di 14 tempat 1. Al-Baqarah: 132-133 2. Al-An’am: 74 3. Hud: 42-43 4. Yusuf: 4-5 5. Yusuf: 11-14 6. Yusuf: 16-18 7. Yusuf: 63-67 8. Yusuf : 81-87 9. Yusuf: 94-98 10.Yusuf: 99-100 11.Maryam: 41-48 12.Al-Qashash: 26 13.Luqman: 13-19 14.Ash-Shaffat: 10.
Hindari Mengeluh
Keempat, hindari mengeluh di hadapan anak. Orangtua jangan sampai mengeluh di depan anak. Apalagi mengeluhkan gurunya. ”Gimana gurumu ini, memberi tugas kok banyak sekali. Kebiasaan orangtua yang suka mengeluh ini memunculkan emosi negatif anak,” tambahnya.
Kelima, terlibat aktif dengan program sekolah. Peran orangtua sangat diperlukan dalam keberhasilan penyelenggaran pendidikan di sekolah. Karenanya orangtua harus bekerja sama dengan sekolah untuk mendukung dan menyukseskan program sekolah.
Keenam, pantau pemakaian gadget anak. Tantangan orangtua zaman now adalah gadget. Karenanya pantau anak dengan BAD. Batasi, Awasi dan Dampingi.
”Batasi menggunakan HP berapa lama waktunya, Awasi dengan siapa ia berkomunikasi, apa saja yang dilihat. Dampingi, jangan dibiarkan anak berlarut-larut bermain gadget, kita perlu khawatir dengan apa yang dilihat, didengar anak ketika yang tidak sesuai dengan umurnya,” ujarnya.
Ketujuh, aktif komunikasi dengan guru. Jika anak kita ingin sukses, maka orangtua harus sering berkomunikasi dengan guru. Apa yang bisa dibantu, apa kendala anak.
”Ada loh, orang tua yang bertemu gurunya setahun sekali saat kenaikan kelas. Bahkan ada juga yang ketemu enam tahun sekali waktu kelulusan anaknya. Lah.. selama ini yang mengambil rapot anaknya siapa? Kadang saudaranya, tantenya,” ujarnya disambut tawa peserta.
Penulis M Khoirul Anam Editor Sugeng Purwanto