Surat yang Terlupakan, liputan Taufiqur Rohman, kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – Lancar dan mudahnya berinteraksi dengan berbagai macam media sosial kian lama kian memupus tradisi berkirim surat. Siswa sudah hampir tidak mengenal lagi dunia surat-menyurat berprangko. Apalagi datang ke kantor pos, untuk mengetahui lokasi dan namanya saja mereka kurang tertarik.
Gambaran itu terjadi ketika siswa SMP Muhammadiyah 4 Surabaya diajak untuk berkorespondensi melalui surat serta mengunjungi Kantor PT Pos Indonesia Jagir, Surabaya, Kamis (3/2/2022). Kegiatan ini merupakan salah satu dari bagian pembelajaran luar kelas. Kali ini dilakukan di kelas mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sebelum berkorespondensi dan mengunjungi kantor pos yang letaknya sekitar 200 meter dari sekolah ini, guru mula-mula menugasi mereka untuk menulis surat kepada teman sebangku. Isinya beragam. Ada yang hanya sekadar menanyakan kesehatan orang tua yang habis sakit, pengalaman liburan di desa, atau sekadar berbagi pengalaman menarik kepada temannya.
Ketika tiba di kantor pos, banyak siswa yang bingung ketika proses penulisan alamat surat, pemasangan prangko, hingga memasukkan ke dalam kotak surat. Mereka bingung di mana letak penempatan prangko sampai ada yang lupa menanyakan nomor kode pos kepada orangtuanya. Petugas kantor pos yang sedang bertugas dengan tanggap membantu permasalahan siswa hingga surat yang akan dikirim siswa rampung dimasukkan ke dalam kantor pos.
Aktivitas di Kantor Pos
Di tengah aktivitas pembelajaran di kantor pos, ada siswa bertanya, “Apa guna prangko, Ustadzah?” Petugas kantor pos yang mendengar pertanyaan tersebut menerangkan dengan singkat bahwa salah satu fungsi prangko adalah tanda pengganti biaya pengiriman surat.
“Prangko ini seolah menjadi bukti bahwa kalian telah melakukan pembayaran biaya pengiriman surat,” Jawab Pak Edy Kurniawan, petugas kantor pos.
Asyiknya Kirim Surat
Mengirim surat di kantor pos ini baru pertama kali aku lakukan. Nempel prangkonya aja sampai bingung mau diletakkan di mana dan nempelnya pakai apa. Untung tadi ada bapak petugas kantor pos yang membantu,” ujar Mevlana Malinda, siswa kelas 7D.
“Asyik juga belajar ngirim surat. Ternyata, prangkonya bergambar macam-macam. Menarik nih buat dikoleksi,” tambah Safira Putri, siswa kelas 7C.
Lain halnya juga yang diutarakan Imam Syafi’i, siswa kelas 7A. “Semula aku hanya tahu kalau kantor pos itu tempat untuk mengambil bantuan pemerintah dan tempat untuk ngambil uang pensiun kakekku. Ternyata fungsi utamanya aku baru tahu kalau untuk mengirim surat.”
Handa Sonia, guru bahasa Indonesia menerangkan banyak siswa yang kurang mengetahui tentang cara menulis melalui surat.
“Di pembelajaran ini, saya berusaha mengajak anak-anak untuk mengaplikasikan langsung cara menulis dan berkirim surat melalui kantor pos. Semoga ini menjadi pengalaman baru bagi mereka,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.