PWMU.CO– Rektor Umsida Dr Hidayatulloh MSi berkunjung ke Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Kota Probolinggo, Kamis (4/2/2022).
Kunjungan ini merupakan tugas untuk membina kampus Peguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dari Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah.
Rektor Umsida didampingi Wakil Rekor I Dr Hana Catur Wahyuni, Wakil Rektor III Eko Hardi Ansyah MPsi Psikolog, Dekan Fakultas Agama Islam Dr Istikomah, dan Kepala Sekretariat Universitas Dr Kumara Adji Kusuma.
Rombongan Umsida disambut oleh Ketua STAIM Dr Benny Prasetya, Ketua BPH Dr Muhammad Nur Hasan, Ketua PDM Kota Probolinggo Drs Masfu’ MM, dan dosen.
Benny Prasetya menjelaskan, STAIM Kota Probolinggo memiliki Prodi Pendidikan Agama Islam yang terakreditasi B, Prodi Hukum Keluarga Islam yang terakreditasi B.
Sementara tiga Prodi yang tengah submit ke BAN PT untuk diakrediasi yakni Pendidikan Guru Madrasah Ibditaiyah (PGMI), Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Tadris Matematika, dan Prodi Ekonomi Syariah.
Benny yang juga alumnus Umsida itu menjelaskan, saat ini STAIM Kota Probolinggo baru memiliki 31 dosen tetap, 7 dosen tidak tetap, dan 4 pustakawan. Ada 625 mahasiswa dari enam prodi tersebut. ”Permasalahan yang dihadapi saat ini bagaimana mengembangkan agar STAIM Probolinggo bisa lebih maju lagi,” tandasnya.
Menanggapi penjelasan itu, Rektor Umsida Hidayatulloh menyampaikan, pada prinsipnya semangat bermuhammadiyah adalah semangat untuk maju bersama dengan saling menguatkan satu sama lain. Termasuk pendampingan yang dilakukan Umsida terhadap STAIM Kota Probolinggo.
”Umsida juga masih memerlukan pedampingan dari PTM lain yang sesuai sudut kebutuhan Umsida. Sesungguhnya apa yang kami miliki belum banyak. Tapi bisa jadi lebih banyak dari STAIM Kota Probolingo,” tutur Dr Hidayatulloh.
”Kelebihan kita prodinya lebih banyak juga dosennya. Tapi masalahnya juga banyak. Masalahnya itu sebanding dengan levelnya,” lanjutnya.
”Pak Benny tadi mengatakan untuk keperluan kelas pinjam panti asuhan, sama seperti Umsida dulu masih mendompleng ke SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo,” ungkapnya.
Faktor Percepatan
Modal awal yang dimliki Umsida waktu itu hanya satu yaitu cita-cita. Dulu dibimbing oleh Prof Malik Fajar dari UMM. Pak Malik mengajarkan, Anda boleh saja tidak punya apa-apa, tapi jangan tidak punya cita-cita. Cita-cita itu yang akan mampu menggerakkan.
”Muhammadiyah dulu tidak punya apa-apa. Tapi kini sudah punya lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara, bahkan di Malaysia dan Australia. Itulah kekuatan dari mimpi atau cita-cita,” kata Hidayatulloh.
Semua diwujudkan setahap demi setahap. Termasuk cita-cita STAIM Kota Probolinggo untuk memiliki gedung sendiri. ”Belum jadi saja sudah punya 600 mahasiswa. Ini luar biasa,” ujar Hidayatulloh.
Perjalanan sejarah Umsida sedang ditulis menjadi buku dengan judul Menuju Kampus Unggul dan Berdaya Saing.
Faktor kecepatan juga penting. Seperti Prodi bisa segera terakreditasi A dengan melengkapi sarana dan prasanana, serta pemenuhan kebutuhan dosen dengan pendidikan dokor.
”Dulu paradigm lembaga pendidikan adalah yang besar mengalahkan yang kecil, tapi sekarang paradigmanya adalah yang cepat mengalahkan yang lambat. Di era revolusi digital ukurannya adalah kecepatan,” tandasnya.
Faktor lain adalah kesungguhan mengelola lembaga pendidikan. ”Alhamdulillah dengan upaya sungguh-sungguh Umsida bisa melakukan percepatan. Dulu Umsida belum punya prodi akreditasi A. Dengan 30 Prodi, kini yang terakreditas A baru 5. Yang B sebanyak 20. Yang C tingal tiga. Kami akan dorong yang B dan C untuk lompat. Kami targetkan 2024 Umsida punya 13 Prodi unggul karena tahun 2024-2025 kami menargetkan Umsida terakreditasi unggul,” tuturnya.
Dijelaskan, Umsida telah memiliki Roadmad yang disusun hingga tahun 2038 untuk mewujudkan Umsida yang diakui dalam skala ASEAN. ”Kalau dulu mengelola kampus sambil tidur bisa. Tapi sekarang kita tidur pun masih ngurus kampus,” kelakar Hidayatulloh.
Umsida menerima amanat dari Majelis Dikti PP Muhammadiyah membina empat kampus Muhammadiyah. Yaitu STIE Muhammadiyah Tuban yang sudah berjalan dua tahun, Universitas Muhammadiyah Madiun, STAIM Kota Probolinggo, dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Bangil.
Penulis Kumara Adji Kusuma Editor Sugeng Purwanto