Buah saat di Atas Itu Sukun kalau Jatuh Kasrah, laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ustadz Adi Hidayat (UAH) sempat bercanda di tengah Pengajian Virtual Orbit binaan Prof KH M Din Syamsuddin MA PhD, Kamis (27/1/2022) malam.
Tepatnya, ketika UAH menjelaskan makna khusuk—ketika shalat—yang ketiga, yaitu sukun. “Bukan sukun buah, ya, he-he-he,” ucapnya.
“Buah saat di atas itu sukun. Kalau jatuh ke bawah, kasrah. Kalau sudah dimasak dipotong-potong itu jadi fathah. Kalau dikumpulkan jadi dhammah,” jelas dia.
Kemudian dia menceritakan ketika berkunjung ke Garut dan mendapat hidangan buah sukun. Sang suami menghidangkan sukun sambil berkata, “Ustad, ini sukun.”
UAH membantah, “Bukan pak, ini fathah. Kalau sukun masih di atas, bulat. Jatuh ke bawah itu kasrah. Anda potong-potong itu fathah. Dihidangkan banyak, dhammah.”
Bukan sukun yang itu juga ya yang dimaksud dalam kajian daring via Zoom itu. Sukun yang dimaksud adalah sifat tenang yang mengarah pada ketenteraman jiwa. Ini merujuk pada bagian tengah hingga ujung QS Taha (20) ayat 108.
يَوۡمَٮِٕذٍ يَّتَّبِعُوۡنَ الدَّاعِىَ لَا عِوَجَ لَهٗؕ وَخَشَعَتِ الۡاَصۡوَاتُ لِلرَّحۡمٰنِ فَلَا تَسۡمَعُ اِلَّا هَمۡسًا
Dari ayat di atas, UAH menerangkan, pada saat semua dibangkitkan dalam kubur, semua bangun dan mengikuti seruan. “Lurus ikuti semua seruan itu. Semua tenang sekali,” jelas dia.
“Persis kayak Zoom saat ini, gak ada yang bersuara, tenang, ini sedang sukun,” candanya sambil tertawa.
UAH mengumpamakan, sikap sukun—salah satu makna khusuk—ini seperti halnya pohon yang tenang usai angin yang menerpanya pergi.
Ternyata, beragam juga arti sukun selain buah, ya? He-he-he. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni