Mungkin Ini Shalat Terakhir yang Kita Tunaikan, laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Tips meraih khusuk dalam shalat disampaikan Ustadz Dr Adi Hidayat Lc MA (UAH) dalam Pengajian Virtual Orbit binaan Prof KH M Din Syamsuddin MA PhD, Kamis (27/1/2022) malam.
Dia meluruskan kembali, “Khusuk bukan diartikan dengan fokus, melainkan tenteram dan tenang dalam jiwa yang hadir lewat mekanisme ibadah setelah kita berusaha merendahkan dan menghinakan diri kita di hadapan Allah SWT melalui shalat.”
Lantas bagaimana caranya? “Allah mengatakan, cara mendapatkan khusuk tidak mudah. Sebab, di saat yang bersamaan ada setan yang menggoda (bagian fujur),” jawabnya.
Godaan Setan
UAH menjelaskan dalil an-Nisa ayat 118. “Dia berkata: berikan aku kesempatan untuk membuktikan kehebatanku dengan cara memanfaatkan katalisnya takwa: fujur.”
Setan berikan was-was agar fujur—lawannya takwa—tidak mengatalis takwa tapi justru berdiri sendiri. Jika fujur muncul, maka nafs terkontaminasi sifat-sifat negatif yang menyebar dari fujur.
Jadi sebenarnya, hikmah terdalam kedua tangan kita memegang dada ketika shalat, lanjut UAH, adalah upaya menjaga diri. “Jangan sampai dalam keseharian kita dimanfaatkan setan, kena was-was untuk berbuat buruk. Itu latihan!” imbaunya.
Kenapa telapak tangan kiri diletakkan terlebih dahulu di shadrun dan telapak tangan kanan menutup yang kiri? “Kanan visualisasi kebaikan, kiri gambaran keburukan. Tutup keburukan dengan kebaikan,” terangnya.
Kata dia, ini memberi kesan manusia tidak mampu menjaga qalbunya, maka setan mendapat kelonggaran untuk menggoda. Dengan nada retorik dia pun bertanya, “Jadi, kenapa saat shalat tiba-tiba teringat banyak hal lainnya?”
Dia menerangkan, kalau ingatan mengarahkan kekhusukan, itu bisikan dukungan dari malaikat. Tapi kalau ingatan mengarahkan hal di luar shalat—walaupun sifatnya keduniawian yang baik—maka itulah setan yang memberikan was-was.
“Sampai ada orang shalat yang tidak sadar berapa rakaat shalatnya,” imbuhnya.
Baca sambungan di halaman 2: Prashalat