PWMU.CO – Lima kiat menumbuhkan jiwa yang penuh kasih sayang menjadi bahasan di acara Silaturrahim Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 21 (Mudatu) Bulaksari Surabaya, Ahad, (6/2/22). Kegiatan yang dilaksanakan di rumah Hasan Asti Nurwahid SPd Jalan Ronggosukowati 31 Desa Kolpajung Pamekasan Madura.
Dalam tausiah singkat, Wakil Kepala Sekolah M Khoirul Anam MPdI menyampaikan lima cara untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang. Pria kelahiran Lamongan ini menyitir surat al-Balad ayat 17.
“Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus PWM Jawa Timur ini lantas menjelaskan lima cara menumbuhkan jiwa kasih sayang. Pertama, saling bersilaturahmi. “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung silaturrahim (HR Bukhari).
“Silaturahmi di sini bukan saja skala pribadi, bisa kelompok pun bisa suatu lembaga. Seperti SD Muhammadiyah 21 Surabaya umurnya akan panjang karena ada program silaturrahim, walaupun nanti kita dipanggil Allah SWT, insyhallah sekolah kita nanti akan terus tumbuh dan berkembang dilanjutkan oleh para generasi kita,” jelasnya.
Dia memaparkan, Muhammadiyah sekarang sudah berumur 110 tahun dan Nahdlatul Ulama umur 96 tahun. Dua organisasi ini sampai sekarang masih ada bahkan berkembang pesat. Kenapa? Karena pengurusnya selalu menjalin silaturrahim. Ada rapat periodik, rapat kerja, rapat pimpinan, Musyawarah.
“Bersilaturrahim akan melahirkan rasa bahagia karena kita bisa bertemu orangtua, saudara, teman sekantor, teman bermain saat kecil, jamaah. Dari sinilah lahir kasih sayang.”
Tumbuhkan Jiwa Bersaudara
M Khoirul Anam menjelaskan kiat kedua adalah tumbuhkan jiwa merasa bersaudara. Kita hari ini datang ke rumah Pak Wahid, tempatnya jauh, waktunya libur, ada yang sedikit sakit. Kita datang karena dia saudara kita.
“Coba kalau bukan saudara kita, mungkin kita lebih enak di rumah atau mencari orderan,” ucapnya. Wakil PCM Simokerto ini.
Dia mengungkapkan orang yang merasa bersaudara dengan yang tidak sangat berbeda. Kalau kita khilaf akan mudah dimaafkan. Jika kita ada masalah akan dibantu. Tidak punya duit akan dihutangi. Kenapa koq baik? Karena merasa saudara, jiwa kita merasa bersaudara ini harus kita gairahkan dalam kehidupan kita.
Intinya, lanjutnya, kita mencari 1001 alasan, bagaimana caranya bahwa orang lain itu menjadi saudara kita. Kita tanamkan saudara sedaerah, saudara sesuku, saudara sekayakinan, setanah air, sampai saudara seketurunan Nabi Adam.
Bila sikap ini sudah menghujam dalam hati kita semua, maka kita memandang orang lain pasti seperti saudara. Bahkan ketika kita memandang penjahat, maka kita anggap itu saudara kita yang belum mendapat hidayah dari Allah.
“Ada pengemis, pemulung itu saudara kita yang nasibnya kurang beruntung. Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sekalian, sehingga ia mencitai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR Bukhari),” katanya.
Mengenang Budi Baik
M Khoirul Anam mengatakan kiat ketiga mengenang budi baik seseorang. Pria yang pernah menjadi wakil ketua PDPM Surabaya dua periode ini bertanya hadirin.
“Bapak ibu, bagaimana perasaan kita jika kita mengenang kejelekan orang lain? Mungkin mendengar suaranya kita mangkel, lihat tingkah lakunya jengkel, memandang wajahnya sebel. Mungkin begitu ya?” tanyanya, disambut anggukan guru dan karyawan.
Tapi bagaimana kalau kita mengenang budi baik seseorang, Inshallah hati kita luluh. Kita akan memandang orang tersebut penuh dengan welas asih. Untuk itu kalau ingin hati hidup, mari kita mengenang budi baik siapapun. Punya sahabat, tetangga, mertua, guru, terutama orangtua kita. Siapapun yang pernah berbuat baik, mari kita kenang kebaikanya.
“Andaikan ada 10 perbuatan dan hanya 1 kebaikannya, maka 1 kebaikan inilah yang yang harus kita kenang. Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah mereka yang paling bersyukur kepada manusia (HR Thabrani).”
Meraba Derita Orang Lain
M Khoirul Anam menjelaskan kiat keempat meraba derita orang lain. Alumnus Magister Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya ini mengatakan dengan meraba derita orang lain, maka hati kita akan hidup dan lahirnya empati.
“Karenanya marilah kita tengok saudara-saudara kita yang terkenah musibah, bencana. Saudara yang kurang beruntung, saudara yang ditakdirkan cacat tubuhnya, yang sedang sakit. Sayangilah yang di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi,” katanya.
Maka, sambungnya, sesekali kalau rekreasi, datangilah ke tempat-tempat mereka karena jiwa kasih sayang akan muncul. Hatipun tergerak untuk mendoakan dan membantu mereka. Ada anak yang marah-marah, nangis, gara-gara sepatunya kurang bagus. Ajaklah ke tempat anak-anak yang tidak punya kaki.
Berkirim Hadiah
Kiat kelima, berkirim hadiah. Rasulullah itu sering menerima hadiah dan membalasnya. Program pembagian doorprize di acara Silaturrahim SD Muhammadiyah 21 ini berarti mengikuti sunnahnya. Jadi jangan sampai dihilangkan.
“Lihatlah wajah teman-teman kita yang mendapat hadiah. Semua pada senangkan,” ujarnya, disambut senyum hadirin.
Pak Choy, demikian sapaan akrabnya, menambahkan sekolah sudah melaksanakan program bagi-bagi hadiah. Maka kita pun buat jadwal bagi-bagi hadiah. Siapa saja yang perlu kita kirimi hadiah.
Ini, tegasnya, yang penting adalah semangat memberi, hadiah bentuknya macam-macam, bisa berupa barang, makanan, atau kalau belum punya? Wajah yang cerah, senyum yang ramah, ucapan selamat, dan doa yang baik semua itu adalah bentuk hadiah. “Siapa saja yang menerima pasti hatinya senang,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.