Program Guru Penggerak
“Program guru penggerak bercita-cita menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dan terkait pula dengan karakteristik dengan kodrat alam,” terang Djoni.
Anak-anak tumbuh dan berkembang di dalam zamannya yang berbeda dengan zaman kita belajar. “Inilah yang diusung dalam PGP ini, sebagai guru inspiratif!” ungkapnya.
Djoni juga menyampaikan, PGP mewujudkan enam profil pelajar Pencasila. Yaitu, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; berkebhinekaan global; gotong royong dan mandiri; bernalar kritis; dan kreatif.
Dia menegaskan, “Pendidikan guru penggerak menciptakan pemimpin pembelajaran yang dapat mewujudkan merdeka belajar.”
Yaitu sebagai guru yang mandiri, berpihak pada murid; manajemen pembelajaran dengan merencanakan, merefleksi, dan mengevaluasi pembelajaran; serta inovasi pengembangan sekolah sesuai kode etik.
Dia pun memaparkan harapan pengembangan PGP. Pertama, mendorong tumbuh kembang murid secara holistik. Kedua, menjadi pelatih dan mentor bagi guru. Ketiga, menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.
Djoni juga menjelaskan lebih lanjut tentang kurikulum PGP yang meliputi kepemimpinan pembelajaran, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, serta komunitas praktik.
Adapun prosesnya, melalui dua tahapan seleksi. Pertama, membuat esai pengalaman selama mendampingi anak didik. Kemudian ada wawancara dan praktik.
Tahap Pengisian Pendaftaran
Pengajar Praktik (PP) Angkatan 1 Ria Eka Lestari SSi—guru di SDMM yang akrab dipanggil Tari—menjelaskan, syarat menjadi guru penggerak, salah satunya 10 tahun sebelum pensiun. Dalam prosesnya, calon guru penggerak (CGP) akan mendapat tugas harian. Kelulusannya 60 persen ditentukan oleh PP.
“Seminggu dua kali, video call-GMeet dengan fasilitator. Kesempatan ini dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dan penguatan. Review bisa dilakukan saat ini. Satu PP membawahi 5–6 CGP,” terangnya.
Setiap setiap akhir bulan hari Sabtu, lanjutnya, CGP berkumpul dan sharing di satu tempat yang disebut lokakarya. Kelulusannya, 40 persen ditentukan fasilitator.
Tari menekankan, CGP harus punya program unggulan, apapun kegiatannya. “Inovasi juga harus dilakukan oleh CGP dan wajib dipertanggungjawabkan ke asesor,” tambahnya.
Tari menjelaskan dengan rinci tahapan pengisian sebagai awal proses pendaftaran. Pertama, guru melakukan pengisian di gtk.belajar.kemedikbud.go.id. “Harus sesuai dengan dapodik. Pengisian juga harus diusahakan yang berfokus di anak didik dan pembelajaran,” tutur Tari, yang kini jadi Fasilitator PGP.
Sedangkan untuk penandatanganan surat rekomendasi baik dari kepala sekolah dan IGI harus basah, bukan scan. “Siapkan juga teks dalam bentuk word untuk membantu ketika wawancara dengan asesor! Kunci selanjutnya, segera kerjakan, tidak boleh ditunda!” imbau Tari.
Dalam sesi penutup, Sukari bersama Dewan Kehormatan IGI Wilayah Jawa Timur Dina Hanif Mufidah MPd dan Ketua IGI Daerah Kabupaten Gresik Ahmad Hanif Hasan MPd memotivasi, semua guru bisa dan tidak perlu ragu dengan kemampuan diri sendiri.
Sukari mengatakan, “Saya akan selalu mendukung anggota IGI yang ingin berkiprah dan berkontribusi dan berjuang dalam program yang dicanangkan oleh pemerintah.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni