PWMU.CO– Yahya A Muhaimin (79), Menteri Pendidikan Nasional zaman Presiden Abdurrahman Wahid wafat di RS Geriatri Purwokerto, Rabu (9/2/2022) pukul 10.10 WIB.
Jenazah mantan Ketua PP Muhammadiyah periode 2000-2005 itu dibawa ke rumah duka di Pengempon Dukuh Turi, Bumiayu, Jawa Tengah dan dimakamkan desa kelahirannya itu.
Yahya Muhaimin dikenal sebagai akademisi. Ia meraih gelar sarjana pada dari Fisipol Universitas Gadjah Mada. Gelar doktor diraih dari Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1982.
Yahya tercatat sebagai dosen dan dekan Fisipol UGM sejak 1973. Dia dikenal sebagai pakar hubungan internasional. Setelah pensiun menjabat sebagai Rektor Universitas Peradaban Bumiayu, Jawa Tengah.
Sebelumnya dia pernah menjadi Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah, Atase Kemendikbud di Washington DC Amerika Serikat. Semasa muda aktif dan menjadi tokoh di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Yahya adalah guru dan tokoh yang rendah hati, bergaul dan ramah menyapa kepada kader muda Muhammadiyah.
”Beliau sosok intelektual teladan yang menunjukkan kata sejalan tindakan. Meski kritis tetap rendah hati dan tidak tampak aura arogansi dengan keilmuannya yang mumpuni,” tutur Haedar Nashir seperti ditulis muhammadiyah.or.id
Ketika buku disertasinya mengusik orang di sekitar istana yang berusaha menggugatnya, Yahya menempuh jalan yang dianggapnya baik tanpa konfrontasi. Tetapi karya puncak intelektualnya tetap menjadi rujukan penting para pengkaji ekonomi politik Indonesia, yang membalik teori Marxisme.
“Ketika saya studi S2 dan S3 di UGM, beliau banyak memberikan perhatian dan dukungan, disertai pesan-pesan kearifannya yang elegan dan tanpa terkesan menggurui,” cerita Haedar.
Menurut Haedar, beberapa kali berpesan dengan mengutip pernyataan Pak AR Fakhruddin, mengurus Muhammadiyah ojo kenceng-kenceng. ”Maksudnya, mengelola urusan Muhammadiyah jangan bertegangan tinggi, moderat saja,” sambung Haedar.
Diterangkan, kepribadian Yahya memang moderat dan santun tanpa dibuat-buat, menunjukkan sikap asli pada umumnya kader dan tokoh Muhammadiyah yang menghayati Kepribadian Muhammadiyah.
”Selamat jalan Pak Yahya Muhaimin, jejakmu adalah suluh kecendekiawanan yang autentik bagi kami. Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dan ditempatkan di jannatun na’im,” tutup Haedar.
Hasil Karya
Skripsi Yahya Muhaimin yang ditulis tahun 1970 bejudul Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966 menjadi skripsi terbaik UGM. Dibukukan oleh penerbit Gamapress.
Buku itu menjadi rujukan dosen untuk mengajar mahasiswa S2 dan S3. Dicetak ulang tahun 1982 dan 2002. Tulisan itu menjadi trend setter untuk bahan penelitian para dosen.
Disertasinya Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980 ketika mengambil pendidikan doktor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge, Amerika Serikat. Ketika dibukukan ada penguasa yang tersinggung kemudian menggugat.
Terakhir buku biografi Yahya Muhaimin, Tiga Kota Satu Pengabdian:Jejak Perjalanan Yahya A.Muhaimin.
Intelektual yang selalu tampil sederhana, humanis dan dermawan. Kedermawanannya ditunjukkan dengan merintis dan mengembangkan pendidikan di daerah tempat kelahirannya, Bumiayu. Dia membangun Universitas Peradaban. Dia lahir 17 Mei 1943.
Saat menjadi Menteri Pendidikan, kebijakan yang paling populer adalah pengakuan terhadap jalur pendidikan non formal yang dianggap setara dengan pendidikan formal.
Buku Disomasi
Disertasinya di MIT berjudul The Politics of Client Businessmen diterjemahkan. Kemudian dicetak jadi buku oleh penerbit LP3ES. Judul bukunya Bisnis dan Politik. Isinya mengungkap bisnis gak jelas di era rezim Soeharto dan kroni-kroninya.
Buku itu membuat pengusaha Probosutejo, adik tiri Presiden Soeharto tersinggung dan marah. Lalu melayangkan somasi kepada penerbit dan penulisnya, Yahya Muhaimin, pada tahun 1991.
Penerbit LP3ES menyewa pengacara Todung Mulya Lubis menghadapi somasi itu dan siap kalau sampai dibawa ke pengadilan. Menurutnya, buku hasil penelitian disertasi doktor yang sudah lolos uji profesor MIT digugat adalah menghina karya intelektual.
Namun Yahya Muhaimin memilih jalan damai. Dia sebagai penulis bersedia meminta maaf. Tapi penerbit LP3ES terus melawan. (*)
Editor Sugeng Purwanto