Enam Prinsip Pembelajaran Masa Depan
Menurut dosen UINSA Surabaya itu, terdapat enam prinsip untuk pembelajaran masa depan. Pertama, spiritual. Yankni menghadirkan nilai-nilai Islam dalam pendidikan.
Kedua, iIntelektual, yaitu orang yang menggunakan kecerdasannya dalam belajar maupun bekerja.
Ketiga, sosial. Artinya siswa dapat menyesuaikan diri dalam memahami keadaan serta perasaannya sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Keempat, emosional. Maksudnya, siswa bisa memiliki kecerdasan emosional sehingga dapat mengendalikannya.
Kelima, estetik. Artinya keindahan. “Baju yang dipadu padankan warnanya, modelnya, begitu juga dengan pembelajaran kan harus ada estetiknya sehingga bisa sesuai antara guru dan siswa,” ujarnya.
Keenam, fisik. Hal tersebut terdapat empat hal yang dapat dikolaborasikan yaitu creating, practicing, presentating, dan producting.
“Dari fisik inilah akan menimbulkan creating atau menciptakan, practicing atau berlatih, presentating atau mempresentasikan, dan producting. Jadi siswa itu bisa membuat produk nantinya dan di pertanggungjawabkan dengan mempresentasikannya,” terangnya.
Menurut Arbaiyah, enam prinsip tersebut harusnya mampu untuk mengembangkan anak secara utuh. Karena Islam adalah agama yang diberikan oleh Allah untuk manusia dan memanusiakan.
“Maka dari itu, Muhammadiyah juga harus sebagai gerakan yang memanusiakan manusia. Sehingga dalam pembelajarannya, berorientasi dengan aktivitas bisa belajar di luar kelas biar tidak bosan. Kemudian jangan pilih kasih dengan siswa dan yang terakhir pembelajaran bisa dikemas dengan festival atau pameran untuk penilaiannya,” pesannya.
Tiga Hal yang Membuat Bangkit
Kunjungan Arbaiyah disambut hangat oleh Ponpes Karangasem yang diwakili oleh Kepala Bagian Pendidikan Yayasan Ponpes Karangasem Fatih Futhoni MPd.
Dia menyampaikan, di tengah adanya pandemi Covid-19 yang semakin meningkat dengan adanya varian baru virus Omicron, Ponpes Karangasem harus bangkit kembali dengan semangat.
“Walaupun dengan Omicron yang semakin meningkat akhir-akhir ini, akan tetapi Ponpes Karangasem harus bangkit dengan penuh semangat,” ungkapnya
Fatih menyampaikan tiga hal yang dapat membuat Ponpes Karangasem kembali bangkit. Pertama, meningkatkan kompetensi. Hal tersebut yang menjadi landasan bagi Ponpes Karangasem untuk mengadakan pembinaan bagi para guru secara rutin empat bulan sekali.
Kedua, kualitas pendidik. Menurutnya, kualitas pendidikan tergantung pada managemen sedangkan kualitas siswa bergantung pada pendidik.
Ketiga, pemetaan kompetensi peserta didik. “Walaupun telah banyak siswa yang memiliki prestasi hingga kancah nasional akan tetapi masih banyak peserta didik lainnya yang belum terangkat potensinya,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni