PWMU.CO – Celengan tanpa engsel dan gembok, calon produk entrepreneur SPEAM berbahan dasar kayu ini dibahas bersama pengusaha meubel Kota Pasuruan Sutrisno.
Kepala Sekolah Pesantren Entrepreneur Al Maun Muhammadiyah (SPEAM) Kota Pasuruan Rozzaqul Hasan beserta Wakasek Kesiswaan SMP SPEAM Denok Styaningrum mengunjungi kediaman Sutrisno di Kota Pasuruan guna membahas produk entrepreneur santri SPEAM pada Kamis, (10/2/2022).
Pesantren Dekat Pusat Meubel
Rozzaqul Hasan menyampaikan hal ini dilakukan untuk dapat mewujudkan produk entrepreneur santri dengan bahan dasar kayu
“Ini karena lokasi pesantren yang terletak di daerah penghasil meubel. Dan pesantren berdampingan dengan masyarakat yang terkenal sangat akrab dengan berbagai varian produk meubel dari kayu,” ujarnya.
Potensi daerah ini, lanjutnya, ditambah dengan keberadaan wali santri yang berprofesi sebagai pengusaha meubel menjadi peluang untuk mengembangkan keterampilan santri di bidang perkayuan melalui program entrepreneur di SPEAM.
“Saya mempunyai ide membuat produk sederhana berbahan kayu yaitu kotak celengan. Kotak celengan dipilih karena proses pembuatannya mudah. Tidak membutuhkan waktu yang lama dan sudah dikenal masyarakat dari anak kecil hingga dewasa,” ungkapnya.
Latih Santri sampai Finishing
Sementara itu pemilik toko meubel Karya Indah Sutrisno menyambut baik ide membuat produk entrepreneur SPEAM.
“Ini saya bantu untuk menggambarkan bentuk dan ukurannya. Desain ini cukup menarik karena tidak menggunakan engsel dan gembok seperti celengan pada umumnya. Yang penting tetap tertutup rapat, kuat dan tidak mudah dibuka,” jelas Sutrisno.
“Celengan dari tanah atau kaleng biasanya dibuka dengan cara membanting atau merusaknya dengan benda keras. Sehingga tidak bisa digunakan lagi setelah itu. Sedangkan kotak celengan desain kayu ini bisa digunakan kembali selama tidak rusak,” tambahnya.
Dalam memilih kayu, sambungnya, tidak boleh sembarangan. Kayu-kayu yang masuk Pasuruan ada dua jenis yaitu kayu Perhutani dan kayu Jawa.
“Perbedaannya kayu Perhutani bisa langsung dipakai. Sedangkan kayu Jawa tidak bisa langsung dipakai, tetapi dipotong dulu menjadi papan dan dijemur selama 2 bulan, baru bisa dipakai,” jelas wali santri SPEAM ini.
Kayu Jawa itu, ujarnya, kalau langsung dipakai maka hasilnya nanti kurang bagus. Bisa retak, mengkerut dan bergelombang.
“Saya bersedia melatih santri mulai dari pemilihan kayu, perakitan sampai proses finishing agar produk celengan yang dihasilkan memiliki nilai lebih bagi konsumen dan berdaya saing,” terangnya. (*)
Penulis Rozzaqul Hasan. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.