Manfaat Haji
Prof Hilman mengutip al-Hajj ayat 28 untuk menjelaskan manfaat haji.
لِّيَشۡهَدُوۡا مَنَافِعَ لَهُمۡ وَيَذۡكُرُوا اسۡمَ اللّٰهِ فِىۡۤ اَ يَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ
Artinya, “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka.”
Hilman menerangkan, manfaat yang dimaksud dalam potongan ayat tersebut berupa manfaat spiritual (bisa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT) maupun manfaat ekonomi (bisa berbisnis) yang kuat.
Kemudian lanjutan dalam ayat yang sama disebutkan:
عَلٰى مَا رَزَقَهُمۡ مِّنۡۢ بَهِيۡمَةِ الۡاَنۡعَامِ ۚ
Artinya, “Dan mereka akan mendapat rizki berupa binatang ternak.”
Dengan sembelihan itu, kata Hilman, orang yang berhaji juga berbagi dengan fakir miskin. Meskipun sekarang, jamaah haji ketika penyembelihan belum bisa melihat secara langsung bagaimana pembagian dagingnya. “Dibagikan di tempat lain, sebagian saja yang (dibagikan) di lokasi,” ujarnya.
Ketakwaan
Prof Hilman menyatakan haji dan umrah perjuangannya berat. “Seseorang ditantang menunaikannya dengan baik, akan diuji betul-betul. Kesabaran saat di sana, kesabaran sebelum berangkat, fisik iya, mental iya,” ujarnya.
Selain itu, sikap saling tolong-menolong sesama jamaah diuji. Begitupula sikap toleransi antarjamaah dalam perbedaan fikih karena beda pimpinan kiai.
Maka, dia menekankan, ketakwaan tidak bisa diukur pada praktik satu rukun Islam saja. “Orang berhaji jelas zakatnya sudah baik, puasanya juga jalan, shalatnya juga,” tegasnya.
Selain itu, ketakwaan juga tercermin dalam sikap keseharian yang terus dijaga usai berhaji. “Harus bisa mentrasformasikan semangat ritual berhaji jadi sebuah sikap yang betul-betul menjaga keberlanjutan kebaikannya,”‘ imbaunya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni