Ilmuwan Santun dan Ngemong
Memori Habib Chirzin bersama almarhum Yahya Muhaimin berlanjut pada pertemuan kedua mereka. Yaitu di pelatihan mahasiswa tahun 1970an.
Mereka kembali bertemu tepat setelah almarhum Yahya kembali dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan menyelesaikan program doktornya pada awal tahun 1980an.
“Setelah cukup lama, saya bersama istri bertemu Pak Yahya Muhaimin—juga bersama istri—sedang makan siang di Restoran Pak Wongso, Danurejan, di pinggir jalan Malioboro,” kenangnya.
Dia mengenal sosok Yahya Muhaimin sebagai ilmuwan yang santun dan bisa ngemong. “Kami berdua pernah bersama mendampingi Muktamar Luar Biasa IMM di Padang pada tahun 1986an,” ujarnya.
Pengalaman itu membawanya ke rumah Ayahanda Buya HAMKA dan menyaksikan kutub khanah Buya Haji Rasul. Kemudian berkunjung ke rumah Buya AR Sutan Mansyur, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, di tepi Danau Maninjau. “Bertemu putranya, Ustadz Hanief Sutan Mansyur, yang pernah ikut tinggal di Yogya,” imbuhnya.
Dia juga mengenang ketika almarhum Yahya menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Washington DC. “Saya sempat diundang menghadiri Annual Convention Islamic Society in North America (ISNA) di Chicago,” ungkap dia.
Setelahnya, dia sempat diundang makan malam oleh Prof Kamal Hassan—mantan Rektor International Islamic University Malaysia (IIUM)—yang sedang menjadi visiting Professor di Georgetown University, Washington DC.
“Saya dijamu makan malam oleh Prof Kamal Hassan di apartemennya yang tidak jauh dari rumah dinasnya Pak Yahya Muhaimin, dekat University of Maryland,” terangnya.
Haji Bersama
Habib Chirzin juga pernah menunaikan ibadah haji bersama almarhum Yahya. “Atas undangan presiden RI, pada musim haji tahun 2000,” ujarnya.
Pada saat itu, Yahya Muhaimin menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional. “Kami sempat berfoto berdua di lobby hotel di Madinah Munawwarah sebelum menunaikan ibadah haji,” tambah Habib.
Selain itu, dia mengenang ketika makan siang bersama Yahya selepas upacara wisuda sarjana Hubungan Internasional FISIP Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Kebayoran Baru, Jakarta (2008).
“Saat itu Farhan Navis, anak kami nomer dua diwisuda oleh Pak Yahya, sebagai Dekan FISIP UAI. Navis menulis skripsinya yg bertajuk ‘Peran OKI dalam Proses Perdamaian di Filipina Selatan’,” terangnya.
Di tahun itu, almarhum Yahya sedang mengembangkan Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik.
Menutup cerita kenangannya bersama almarhum, Habib mengucap, “Selamat jalan Pak Yahya Muhaimin, jasa-jasa dan keteladananmu akan senantiasa kami kenang.”
Akhirnya, Habib berdoa, “Semoga Allah menerima amal ibadahnya, mengampuni kekhilafannya dan menempatkan Almarhum di Jannatunna’im.” (*)
Editor Mohamamd Nurfatoni