Mizan mengungkapkan bahwa dalam 1 pekan bisa diproduksi 2 episode. “Satu episode berdurasi 3 menit,” ucapnya. Dia menambahkan, biaya produksi per episode adalah Rp 40 juta.
Suami Ratih Rachmasari bermimpi bahwa ke depan, Hompimpa bisa membawa Indonesia ke kancah internasional. “Kami ingin menembus world wide market. Ini adalah visi kami di masa mendatang,” kata Mizan, ayah dari Naila Tsabita Tamimy dan Kaysa Aaqila Tamimy.
(Baca: Kepala Desa yang Aktivis Muhammadiyah Ini Berhasil Sulap Desa Pujon Kidul Jadi Wisata Edukasi)
Tapi, siapa sangka kesuksesan Mizan itu ditempuh tanpa background pendidikan formal yang memadai. Bukan hanya tidak pernah merasakan bangku kuliah, SMA pun Mizan tak tamat. “Saya hanya tamatan SMP Muhammadiyah 5 Pucang. Pernah sekolah SMA Negeri 1 Surabaya, tapi tidak sampai lulus. Saya mrotol,” pengakuan Mizan pada media Muhammadiyah Jatim ini.
Dia mengaku tidak betah bersekolah. Malah yang dia lakukan justru berbisnis. “Saat kelas 1, saya sudah belajar berbisnis. Menjual aneka rupa kebutuhan seperti alat tulis, AC, alat musik, dan cetakan,” kata anak Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Drs H Moh Sulthon Amien MM—owner Parahita Diagnostic Center.
“Tapi, soal tidak tamat sekolah itu jangan ditiru ya,” kata Mizan mewanti-wanti. Menurutnya, anak-anak muda harus tetap semangat menuntut ilmu setinggi langit. “Pendidikan formal harus ditempuh. Dengan itu, insyaallah karya kalian akan melampaui saya,” tuturnya.
Sepertinya jiwa bisnis orangtua Mizan, mengalir deras dalam darahnya. Juga jiwa dakwahnya. Sebab Mizan juga aktif menjadi anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PWM Jatim. Selamat! (Ferry Yudi AS)