PWMU.CO – SMP Muhammadiyah Ini Tempati Bangunan Peninggalan Belanda. Forum Silaturrahim dan Komunikasi Kepala Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah (Foskam) SMP-MTs Jatim berkunjung ke SMP Muhammadiyah 2 Jatiroto Kabupaten Lumajang, Senin (14/2/2022).
Ada lima orang pengurus Foskam yang berkunjung. Yaitu Imam Sapari (Ketua), Fony Libriastuti (Sekretaris), Gatot Krisdiyanto, Aris Nasution dan Rozzaqul Hasan (Koordinator Wilayah).
Kunjungan pengurus di sekolah ini yakni silaturahmi menjalin persaudaraan, berbagi ide dan gagasan untuk sukses PPDB, serta memberikan motivasi kepada guru agar berkomitmen membesarkan SMPM 2 Jatiroto.
Kedatangan pengurus Foskam disambut langsung oleh Kepala SMP Muhammadiyah 2 Jatiroto Enik Winarsih, bersama empat orang gurunya yang tampak masih muda dan lincah.
Dalam sambutannya Enik menjelaskan, SMPM 2 Jatiroto adalah bagian dari Pabrik Gula (PG) Jatiroto yang berada tepat di seberang jalan depan sekolah.
“Jadi statusnya hak guna bangunan (HGB) untuk pendidikan, berdampingan dengan SMK Muhammadiyah. SMK berlokasi di sebelah barat, sedangkan SMP di sebelah timur,” ujarnya.
SMP, lanjutnya, berdiri tahun 1956. Bangunannya adalah warisan Belanda. Jadi, gedung sekolah merupakan cagar budaya dan tidak boleh dirombak.
Kendala PPDB
Menurutnya tim penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMPM 2 Jatiroto bersaing ketat dengan SMP negeri sekitar dalam meningkatkan jumlah peserta didik.
“Untuk menarik minat orangtua dan anak, sekolah memberikan seragam gratis dan tidak menarik uang SPP karena mayoritas wali murid berpenghasilan rendah,” ungkapnya.
Namun saat ini program pemberian seragam gratis sudah menjadi program Pemerintah Kabupaten Lumajang. Oleh karenanya, masyarakat lebih tertarik menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.
“Bahkan operator SMP Negeri langsung turun ke SD-SD untuk meminta data siswa. Kondisi tersebut semakin membuat tim PPDB sekolah bekerja lebih keras lagi,” ujarnya..
Membakar Semangat
Dalam kunjugan ini, Ketua Foskam SMP Jatim Imam Sapari mendapatkan kesempatan membakar semangat guru SMPM 2 Jatiroto agar bekerja maksimal membesarkan sekolah.
Imam Sapari menerangkan, tugas guru di sekolah ada tiga yaitu sebagai orangtua, pendidik dan sahabat. Sebagai orang tua, kalau ada murid yang sedih, bermasalah dan butuh perlindungan maka gurunya adalah pundak untuk bersandar dan telinga untuk mendengar.
“Sebagai pendidik maka guru mendidik karakter murid, perilaku, keilmuan dan sebagainya. Sebagai sahabat, guru menjadi tempat curhat dan teman bermain bagi murid. Tetapi jangan terlalu banyak menjadi sahabat karena bisa membuat murid berlaku tidak sopan kepada gurunya,” paparnya.
Besarkan Sekolah
Murid yang dimiliki oleh sekolah saat ini, sambungnya, harus dijaga dan dirawat dengan baik. Bacaan al-Quran mereka diperbaiki, diajari sopan santun dan dibiasakan shalat berjamaah.
“Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membesarkan sekolah. Diantaranya kepala sekolah dan guru mulai membuat analisis SWOT. Merumuskan program unggulan sekolah sebagai diferensiasi dengan sekolah lain. Menggaungkan keunggulan sekolah kemanapun dan kapanpun,” urainya.
Menjalin komunikasi yang baik, lanjutnya, dengan perangkat desa setempat, mengundang para muballigh melalui PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) untuk memberikan ceramah sekaligus mempromosikan sekolah.
“Mengirimkan murid yang memiliki bakat public speaking dan good looking ke SD sekitar. Dan memberitakan secara rutin kegiatan sekolah melalui media sosial,” terangnya.
Kemudian Imam Sapari mengajukan pertanyaan kepada guru SMPM 2 Jatiroto.
“Apa Anda ikhlas SMP Muhammadiyah 2 Jatiroto ditutup?” tanya Imam kepada Ridwan, guru muda SMPM 2 Jatiroto.
“Tidak,” jawabnya tegas.
“Jika di awal kita mendapati sekolah ini kecil, itu bukan salah kita. Tetapi, jika kita sudah bertahun-tahun di sekolah ini dan tetap kecil maka itu adalah salah kita,” tegas Imam Sapari. (*)
Penulis Rozzaqul Hasan. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.