PWMU.CO – Prof Biyanto Berbagi Kiat Menulis Opini di Media Ternama. Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya itu berbagi pengalamannya kepada 100 kontributor peserta Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO Jatim 1 di Lamongan, Sabtu (19/2/22).
Biyanto yang mengenakan batik coklat itu, mengawali materinya dengan bertanya kepada semua peserta. “Kata teman-teman saya, menulis itu resepnya 3M. Ada yang tahu 3M itu apa saja?” tanyanya.
Serentak peserta yang berkumpul di lantai 2 Gedung Dakwah Muhammadiyah Lamongan itu menjawab, “Menulis, menulis, dan menulis,” jawabnya kompak.
Pengalaman Tulisan Dimuat
Lalu Biyanto menceritakan pengalaman tulisannya dimuat media massa. Dia menyampaikan sebelum tulisannya di muat di Jawa Pos, dia berjuang dengan mengirimkan melalui email sebanyak 9 kali dan baru email yang ke 10 dimuat oleh Jawa Pos. Hal ini menggambarkan sebagai seorang penulis harus memiliki jiwa pantang menyerah dan tetap semangat menulis, menulis, dan menulis.
“Kalau ingin menjadi penulis jangan pernah berputus asa. Karena resep menulis adalah 3M bahkan mungkin bisa di tambah 5M atau lebih,” pesanya kepada kontributor yang hadir dari 8 wilayah ini Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Mojokerto, Madura, Jombang dan Tuban ini.
Asah Ketrampilan Menulis
Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu juga menceritakan upaya mengasah keterampilan tulis menulisnya, agar semakin terlatih dan layak terbit di media mainstream seperti Kompas, Jawa Pos, Republika, Media Indonesia dan lainnya.
“Seringnya dalam sepekan saya menulis tiga kali,” ceritanya
Tulisan itu, lanjutnya, di kirim ke Republika kadang di tolak, setelah itu diperbaiki lalu dikirim ke Media Indonesia dan diterima.
“Kadang di tolak Jawa Pos saya perbaiki sedikit saya kirim ke Kompas. Kadang dimuat Kompas yang edisi Kompas.id. kadang juga dimuat di Kompas cetaknya,” imbuhnya.
Pentingnya Aktivitas Menulis
Pria kelahiran Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren Lamongan, 10 Oktober 1972 itu menyampaikan hal terpenting dalam aktivitas menulis adalah bagaimana kualitas tulisan kita memenuhi prasyarat, diterima dan layak muat di media.
Hal ini, tegasnya, menunjukkan tulisan berbobot dan berhasil bersaing dengan hampir 100 tulisan dari para pakar lain yang masuk di meja redaksi. “Inilah yang kata disebut sebagai ya musthafa yang berarti yang terpilih,” ungkapnya.
Biyanto dengan gaya bicaranya yang santai dan penuh keakraban dengan peserta ini menjelaskan dua keuntungan bagi penulis yang berhasil artikelnya layak publikasi di media massa baik cetak maupun digital. Dua keuntungan dan kebahagian itu berwujud poin dan koin.
Menurutnya bagi seorang guru atau dosen, karya tulis yang telah terpublikasi itu akan memudahkan dalam kepengurusan kenaikan pangkat karena menjadi poin portofolionya.
“Lalu koin itu apa?” tanya kepada kontributor ini sambil tertawa riang.
Kalau koin berupa ujrah yang diberikan kepada penulis sebagaimana ketentuan yang ditetapkan oleh media. “Ini standarnya beda-beda, bahkan saat ini umumnya media online tidak memberikan ujrah,” jelasnya.
Hidup Abadi
Pada putaran pertama Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO ini, Biyanto memotivasi peserta yang hadir dengan mengutip kalimat Buya Hamka yang berbunyi Menulislah maka anda akan hidup abadi.
Dia menjelaskan Haji Abdul Malik Amrullah atau Hamka, dikenal sebagai mubaligh kondang yang ceramahnya sangat disukai. Tapi Hamka menyarankan kepada para mubaligh lainya untuk menulis.
Kalimat motivasi lain disampaikan oleh Biyanto, kali ini dari peribahasa latin (Latin Proverb) yang berbunyi verba volant, scripta manen yang dalam bahasa Inggrisnya berbunyi Spoken words fly away, written words remin.
Menurutnya, kata-kata yang terucap itu akan cepat menguap, menyebar, dan nyasar ke mana-mana. Tapi, kata-kata yang tertulis itu akan tetap berbekas dan abadi (remain).
“Jadi bila kita hanya suka berbicara tidak suka menulis maka ilmu-ilmu dan informasi yang kita bagi akan cepat hilang,” tegasnya. (*)
Penulis Anis Shofatun. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.