PWMU.CO – Nasi boranan goyang lidah peserta Roadshow Milad ke-6 PWMU.CO di Wilayah Jatim 1 di Gedung Dakwah Muhammadiyah Lamongan (GDM), Sabtu (19/2/22).
Kontributor dari Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Mojokerto, Madura, Jombang, Tuban bisa menikmati hidangan nasi boranan khas Lamongan pada sesi ramah tamah.
Anyaman Bambu
Nasi boranan hanya ditemukan di Kabupaten yang dijuluki sebagai Kota Soto ini. Nasi ini menjadi favorit bagi orang apabila berkunjung ke Lamongan.
Jumlah penjual nasi ini sangat banyak ditemui di pinggir jalan dan kerap menjajakan dagangan di sepanjang jalan kota.
Kata boranan merujuk tempat nasi yang terbuat dari anyaman bambu yang digendong dengan selendang di punggung sang penjual. Pada masa lalu, boranan digunakan perempuan untuk mengirim bekal ke sawah atau untuk membawa barang. Karena itu kuliner yang dijual dikenal dengan nasi boranan atau sego boranan.
Seporsi nasi boranan terdiri dari nasi, bumbu, rempeyek, dan berbagai jenis lauk pauk yang bisa dipilih oleh pembeli.
Lauk yang disediakan seperti daging ayam, jeroan, sate uritan (bakal calon telur ayam), ikan bandeng, telur dadar, telur asin, tahu, tempe hingga ikan sili yang harganya lebih mahal dibandingkan lauk lain.
Sementara bumbu yang ditambahkan dalam seporsi nasi boranan terdiri dari rempah-rempah yang sudah dihaluskan.
Rasanya Maknyus
Kontributor asal Gresik Eli Syarifah mengatakan pernah menikmati makan nasi boran pas pengajian Ahad Pagi di Masjid At Taqwa Giri Kebomas.
“Rasanya mantab. Lega pas sekali mengisi perut yang mulai lapar karena dari Gresik jam enam sudah harus kumpul rombongan bus dari Spemdalas,” ujarnya.
Dia memaparkan rasanya juga maknyus, lauknya komplit dari perpaduan ayam kampung, tahu, tempe, urap urapan. Ditambah peyek jadilah menu makan siang yang komplit-plit. Tentunya yang bikin sedep pincuk daun pisangnya.
Cocok yang Doyan Sambal
Hal senada juga disampaikan Maftuchatus Saidah. Kontributor asal Gresik ini merasa senang karena rasanya yang pedas, cocok buat yang doyan sambal.
“Rasanya juga enak dan khas. Rasanya memang sedap-sedap gimana gitu bumbunya. Kalau lagi ke Lamongan kota rasanya ada yang kurang kalau tidak nikmati nasi boranan,” akunya.
Yang menjadi ciri khas, lanjutnya, bumbu cekernya yang pedas, sama dadar,” tuturnya, tersenyum.
Begitu pun Ernam. Kontributor dari Sidoarjo ini mengatakan sudah tiga kali makan nasi boranan. Rasanya enak dan gurih
“Saya suka karena rasanya tidak manis. Cocok buat lidah saya yang khas itu. Lauknya macam-macam, ada ayam, ikan, maupun jeroan,” tandasnya. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.