Kisah Editor Cari Meja
Langkah Nurfadlilah berhenti sesampai di gerbang sekolah yang bercat oranye dan abu-abu muda. Sambil memegang tangan saya, nenek yang mengabdikan dirinya sebagai petugas Bimbingan Rohani (Bimroh) pasien RS Muhammadiyah Gresik ini mengungkap alasannya.
“Saya kasihan sama para editor PWMU.CO. Mereka mengedit berita yang masuk tanpa mengenal waktu dan hari libur. Bisa sampai tengah malam agar berita bisa cepat terbit,” ujarnya.
Terkadang, lanjutnya, kalau ada acara keluarga mereka buru-buru pulang. “Agar bisa segera mengedit berita,” tambahnya.
Bu Nur—begitu biasanya disapa—berkisah, “Pernah pada siang hari menjelang sore, adik saya Nurfatoni sepulang dari acara Majelis Dikdasmen PDM Gresik di Karangrejo, mampir ke rumah saya di BP Kulon.”
Sambil membawa laptop, Faton—panggilan akrabnya—langsung menuju meja makan dan berkata, “Aku mrene iki nggolek mejo Mbak. Ape ngedit, kiriman berita wis numpuk,” begitu tuturnya menirukan ucapan sang adik. Artinya: saya ke sini mencari meja untuk mengedit kiriman berita yang sudah menumpuk.
“Jadi sudah saatnya PWMU.CO menambah editor dan co-editor. Saya rasa banyak kontributor yang tulisannya bagus bisa membantu menjadi co-editor. Sudah waktunya naik kelas!” tandas nenek dengan dua putra dan 6 cucu itu sambil berjalan menuju mobil Toyota Yaris-nya yang terparkir di halaman Spemdalas. (*)