PWMU.CO – Waspada efek negatif Handphone dan televisi. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sumbergempol, Tulungagung Ustadz Nur Muklis Zakaria.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Kajian Subuh Ahad Pagi di Masjid Al Fattah Kabupaten Tulungagung, Ahad (20/2/2022). Kajian ini mengusung tema Dinamika Kehidupan Rumah Tangga dan Problematika di Dalamnya.
Menurutnya kehidupan itu bergerak. Allah pasti menguji kita, kadang memberikan kenikmatan maupun musibah. Namun hal itu adalah hakikat dalam kehidupan yang harus kita jalani.
Nur Muklis menjelaskan dalam perkembangan media informasi sangat luar biasa dan sangat cepat, dikenal dengan era post modern. Pada era post modern menjadikan informasi yang berkembang lebih cepat sehingga mempengaruhi kehidupan manusia.
“Saat ini mulai dari anak anak hingga dewasa ini, setiap orang sudah menggunakan hp. Hal ini bisa menjadi negatif apabila tidak ada kontrol yang menengahinya. Namun juga bisa menjadi positif bila dikelola dan digunakan dengan baik dan bijaksana,” ujarnya.
Selain HP, lanjutnya, media yang mempercepat perkembangan teknologi informasi adalah televisi (TV). sekarang rumah mana yang tidak ada TV? Pasti kebanyakan sudah memiliki TV. Sehingga akan lebih cepat kita memperhatikan apa yang ada di TV dan secara tidak sadar kita meniru tayangan dalam TV. Mulai dari gaya berpakaian ataupun informasi lainnya.
Kegelisahan Era Global
Dia memaparkan ada kegelisahan dalam era global sekarang yang bisa dikaji bersama. Pertama manusia akan menjadi terasing.
“Contoh misalnya ketika kita berkumpul dengan rekan sejawat. Maka yang terjadi mereka asyik dengan gawai masing-masing. Hal ini secara tidak langsung membuat mereka tereliminasi dan terasing dalam hubungan sosial,” ungkapnya.
Kedua, sambungnya, adalah krisis moral. Pergaulan orang tidak didasarkan dengan etika atau nilai sopan santun. Bahkan kebanyakan dari kita secara tidak langsung meniru perilaku dari acara TV atau sinetron. Hal itu bisa menjadi pembenaran secara diri sendiri dan mengesampingkan benar atau salah dalam pandangan agama,
“Pernah ada berita murid memaki atau membentak gurunya. Hal ini tentu tidak baik. Kemudian ada berita anak berani memukul orangtuanya karena hal sepele, tidak diberi uang untuk membeli pulsa atau paket internet. Ini tentu sangat merugikan. Dalam perkembangan era modern tapi terpuruk dalam etika terhadap sesamanya,” jelasnya.
Allah swt, lanjutnya telah membuat perumpamaan pohan yang baik akar yang kuat/kokoh, ranting-rantingnya menjulang ke langit dan rindang dedaunan. Dan pohon itu memberikan buah pada setiap musimnya atas seizin Tuhannya. Dan Allah memberikan perumpamaan itu untuk manusia sehingga bisa mengambil hikmahnya.
“Maka kita sebagai manusia yang memiliki aqidah yang baik dan kuat maka akan kuat menghadapi kehidupan yang terus berubah seiring perkembangan zaman. Namun sebaliknya jika aqidah lemah maka siap-siaplah akan terombang-ambing dalam dinamika kehidupan ini,” terangnya.
Dia berpesan untuk menata kembali niat kita, hakikat hidup kita di dunia inib. Dan juga ingat untuk tetap menjaga shalat kita serta usahakan untuk tepat waktu dan jangan bermalas-malasan.
“Pesan saya untuk kita semua, tauhid dan aqidah perlu kita pahami yaitu untuk mewarnai sikap dan perilaku kita dalam sehari hari,” pesannya.
Terapkan Hasil Kajian
Ada tiga hal, menurutnya, yang perlu mendapatkan perhatian kita. Pertama orang yang beriman akan bergetar hatinya ketika dibacakan ayat Allah dan menjalankan shalat.
Kedua, ujarnya, amal kebaikan dan dilakukan setiap hari itu disebut akhlak dan dilakukan tanpa ada paksaan. Jaga iman dan akhlak shaleh kita. Dan apabila terdapat kemerosotan moral itu bisa dipastikan karena adanya faktor eksternal dan internal, sehingga secara langsung berdampak pada perilaku sehari-hari.
“Ketiga yaitu memudarnya ukhuwah Islamiyyah dan umat manusia. Hal ini perlu kita refleksikan bersama. Setidaknya dalam mengingatkan untuk kebaikan dan menguatkan dalam beragama,” urainya.
“Saya tegaskan kembali, ketika kita mengikuti sebuah kajian atau majelis ilmu maka diperlukan feeling dan loveing untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya. (*)
Penulis Ubaidillah Alif Alwan. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.