PWMU.CO – Mikaela Arissa Azzahra. Dialah salah satu siswa Berlian School—nama keren SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik—yang selama pandemi Covid-19 giat menelurkan prestasi pengembangan diri di bidang akademik maupun non-akademik.
Riestina Anugerah, sang bunda, tak menyangka putri ketiganya itu bisa tampil percaya diri dan berprestasi seperti sekarang. “Padahal dulunya pas di TK setiap hari nangis kalau mau berangkat sekolah. Di sekolah pun kadang nangis,” kenangnya.
Bermula dari salah satu kelas parenting yang pernah dia ikuti, Riestina optimis dan percaya anak yang mudah emosional sebenarnya punya kecerdasan tinggi. Dia menegaskan, kuncinya diasah dengan benar.
Maka, dia selalu berpesan kepada keempat anaknya, “Ikut lomba itu bukan karena menang atau kalah, tapi pengalamannya. Ambil pelajaran dari setiap lomba yang kita ikuti!”
Ketika di rumah, dia juga melatih Mikaela terbiasa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. “Saya sama ayahnya dan kakaknya biasa ngomong bahasa Inggris kalau pas ngomongrahasia. Lah kok lama-lama Mikaela mengerti artinya. Akhirnya gak jadi ngomong rahasia,” kenangnya sambil tertawa.
Kini alumnus Sastra Inggris Universitas Airlangga itu bersyukur, anak-anaknya—termasuk Mikaela—jadi terbiasa ikut lomba. Pada tahun 2021, Mikaela banyak mengasah diri di lomba bidang akademik.
Hingga akhirnya, di masa pandemi Covid-19, dia berhasil meraih juara II olimpiade Bahasa Inggris dan juara III olimpiade Sains yang digelar daring. Atas capaian prestasinya itu, Mikaela mendapat penghargaan dari sekolah berupa Berlian Award 2021 (23/12/21).
Giat Latih Panahan
Kemudian pada tahun 2022, ketika sekarang kelas III, Mikaela memetik hasil usahanya berlatih panahan. Siswa kelas III Qatar itu meraih juara IV lomba memanah putri Olimpiade Hizbul Wathan Abdurrahman Syamsuri ke V (Olympiade HW Arsy-V), (3/2/22).
“Kelas I SD baru ikut (ekstrakurikuler) sekitar enam bulan, terus ada pandemi. Baru aktif panahan lagi awal kelas III kemarin,” terang Bunda Riestina.
Awalnya, Mikaela tertarik panahan karena sering diajak ayah dan bundanya—keduanya atlet panahan—aktif latihan dan ikut lomba panahan. “Kami berdua sering lomba di Surabaya, Malang, bahkan sampai ke Ponorogo,” ungkap sang bunda.
Dengan begitu, Mikaela sudah minat dan kenal panahan, serta situasi latihan dan lombanya sejak usia dini. “Waktu TK A, minta dibelikan busur dan panah. Kita belikan yang dari plastik waktu itu,” ujarnya.
Mikaela juga tetap berani mengasah diri dalam ajang lomba meski pada lomba sebelumnya dia belum meraih juara. Misal, meski tidak membawa gelar juara pada Gladen Ageng Milad Ke-5 Al Fatih Archery Community (AAC) Surabaya, setelahnya Mikaela tetap ikut lomba memanah.
Tauhid dan Panah
Bukan tanpa alasan Riestina mendukung sang anak mengikuti jejaknya dan suami menekuni bidang panahan. Sebab, olahraga ini dapat melatih fokus, konsentrasi, kekuatan tangan-lengan, dan emosi.
“Karena dalam memanah, kita tidak boleh tergesa-gesa alias grusa-grusu. Harus tenang,” terangnya.
Selain itu, yang paling utama adalah tauhid. Dalam hal ini, dia telah memberi pemahaman kepada Mikaela, “Percaya sama Allah, karena yang menggerakkan panah itu Allah.”
“Seakurat mungkin kita mencoba pas target, tapi kalau panah sudah di lepas dari busurnya itu sudah menjadi kuasa Allah yang menggerakkan,” sambungnya.
Dia menekankan, penanaman akidah mutlak diperlukan supaya anak tidak mudah sombong jika menang lomba.
Dia menekankan, penanaman akidah mutlak diperlukan supaya anak tidak mudah sombong jika menang lomba.
Baca sambungan di halaman 2: Trik Semangat Latihan