Tiga Ciri Ahli Surga
Ada tiga ciri calon penghuni surga sebagai dijelaskan di dalam hadits di atas yaitu, pertama: orang yang memiliki kekuasaan yang adil dan disetujui rakyatnya. Pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar dunia akhirat, maka bagi orang-orang tertentu yang memahami akan tanggung jawab yang besar ini dapat dipastkan ia akan menolaknya.
Ketika karena terpaksa ia menerimanya pastilah akan dijalankan dengan sebaik-baiknya dan penuh amanah. Ia akan selalu berusaha menciptakan suasana yang menentramkan dan membahagiakan bagi yang dipimpinnya.
Suara rakyat berusaha didengarnya untuk kemudian disikapi dengan penuh kebijaksanaan. Dengan demikian jadilah ia pemimpin yang akan dicintai oleh rakyatnya. Bukan cinta yang dipaksakan tetapi lahir dari sanubari rakyat yang dipimpinnya.
Pembelaan rakyat kepada pemimpin demikian lahir dengan ketulusan mereka. Itulah kepemimpinan yang diteladankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Pemimpin demikian yang menjadi ciri pertama calon penghuni surga.
Kedua, pria yang lemah lembut hatinya terhadap kerabat dan Muslim. Seorang lelaki yang memiliki kekuasaan tetapi hatinya lembut kepada keluarganya secara khusus maupun kepada sesama muslim secara umum. Kelembutan merupakan sesuatu yang pasti dapat diterima oleh semua orang, karena kelembutan menunjukka sifat mulia yang menentramkan hati semuanya tanpa kecuali.
Seorang Mukmin yang ditempa dengan ibadahnya tentu akan terus menjadikan hatinya semakin lembut dan memiliki kasih sayang kepada sesamanya. Kebahagian dirinya diletakkan pada ketika ia melihat orang lain bahagia. Sehingga orang mukmin demikian tidak bersifat egois, akan tetapi lebih mementingkan kepentingan yang lebih besar dari dirinya atau kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan dari dirinya. Aktivitasnya dirinya tidak dalam rangka sum’ah atau mencari ketenaran diri, tetapi berlandaskan ketulusan untuk mengabdi.
Ketiga, orang miskin yang menjaga kehormatan keluarganya. Ciri ketiga ini memberikan penekanan kepada kaum lemah untuk tetap sabar dan istikomah dalam mentaati kebenaran. Kaya dan miskin bukanlah fackor kehebatan manusia, akan tetapi semua itu adalah anugrah yang Allah berikan kepada setiap hamba, dan di dalam keadaan kaya dan miskin itu ada tanggung jawabnya masing-masing.
Seorang yang dalam kondisi miskin sebagaimana hadits di atas, ia haruslah tetap menjaga kehormatan keluarganya dari hal-hal yang dilarang agama, termasuk jika ada desakan dari anggota keluarganya. Dengan sikap demikian menjadikan ia mudah menjadi penghuni surga. Sehingga tetaplah bersyukur atas apa yang diterimanya, bukankah kehidupan di dunia ini hanya sebentar saja?
Baca sambungan di halaman 3: Lima Ciri Ahli Neraka
Discussion about this post