PWMU.CO – Suyatik, seorang Ibu dengan 4 anak itu sedang memiliki hutang sebesar Rp 10 juta di Bank. Akan tetapi karena tidak pernah mengangsur, maka hutangnya semakin bertambah. Dari awalnya Rp 10 juta, kemudian berkembang menjadi Rp 12 juta.
Hingga pada tahun 2012 lalu, Suyatik harus menjual rumahnya. Maka, lakulah rumah itu dengan harga Rp 55 juta. Saat jual beli, rumah itu baru dibayar Rp 32 juta oleh si pembeli. Sementara Rp 18 juta sisanya, tak kunjung dilunasi oleh pembeli. Suyatik dan keluarga akhirnya tetap menempati rumah yang dijualnya itu. Pada proses inilah suami Suyati meninggal dunia sebelum proses jual beli selesai di notaris.
(Baca juga: Memberi Tak Harap Kembali: Kisah Nyata Ketika Din Syamsuddin Bertemu Seorang Ibu di Pesawat)
Baru pada penghujung tahun 2016 kemarin, si pembeli rumah akan melunasi kekurangannya. Ia pun meminta kepada Suyatik untuk segera meninggalkan rumah atau pindah. Sebab, si pembeli berencana membangun rumah itu untuk dijadikan usaha kos-kosan.
“Bayangkan, rumah ini satu-satunya tempat saya berteduh dan saya harus pindah segera. Lalu kemana saya harus pindah? Mau kontrak, dari mana uangnya? Untuk makan saja saya mengandalkan santunan dermawan,” tutur Suyatik.
Kegundahan Suyatik dapat dimaklumi karena kondisinya memang sedang sakit parah. Ia mengalami stroke. Sedangkan Ibundanya yang juga satu rumah, idem ditto. Sama-sama sakit, kondisinya lumpuh. Juga ditambah dengan memikirkan nasib keempat anaknya yang masih sekolah.
(Baca juga: Yusuf, Penderita Kanker Getah Bening Ini Butuh Uluran Tangan Kita)
Tak ayal kondisi itu membuat Suyatik semakin parah sakitnya. Suyatik akhirnya meminta kepada pembeli agar mengurungkan niatnya. Suyatik pun berjanji akan mengembalikan hutang dari hasil jual beli itu.
Tetapi oleh si pembeli, Suyatik hanya diberikan tenggang waktu hingga tanggal 10 Januari 2017. Jika tidak, Suyatik harus segera pindah. “Dari mana uang sebesar itu dengan waktu yang cukup singkat itu?,” gumam Ibu dengan 4 anak ini.
(Baca juga: Dua Kembar Peyandang Disabilitas Ini Temukan Semangat Hidup sejak Terima Kursi Roda)
Kisah sedih ini akhirnya menjadi berita umum, tepatnya setelah Teguh Abu Wafi meng-upload kondisi Suyatik ke Grup “Gresik Sumpek”. Ketika membuka “Donasi GS Peduli Bu Suyatik”, gayung pun bersambut. Hanya dalam 4 hari, tercatat ada 47 anggota Grup ini langsung ikut berdonasi ke rekening yang diupload oleh admin GS.
“Donasi GS Peduli yang diterima melalui rekening Peduli GS sampai dengan Senin, 9 Januari 2017, jam 24.00 sSebesar Rp 8.600.000. Donasi akan kita serahkan secara tunai kepada Bu Suyatik,” tulis Teguh Abu Wafi pada 10 Januari 2017 pukul 09.36 wib.
“Segenap admin/moderator GS mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi dan donasi yang sudah diberikan oleh para donatur. Semoga sedikit kepedulian kita ini bisa bermanfaat buat beliau. Amin,” tambahnya lagi.
Selanjutnya halaman 2