Perjuangan Ikut Roadshow, Dihibur Istri Serasa Liburan Naik Perahu. Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO menyisakan pengalaman tak terlupakan bagi Anshori. Begini Kontributor Gresik ini mengisahkan pengalamannya.
PWMU.CO – Pertama kali membaca tema Roadshow ‘Kontributor Naik Kelas: Menulis Softnews, Berita Rasa Sastra’ yang tersemat pada edaran undangan di WhatsApp Group (WAG) kontributor PWMU.CO, saya langsung tertarik.
Tema ini mengingatkan pada kritikan salah satu teman setelah membaca tulisan saya. “Sayang tulisannya kurang menyentuh. Jika lebih sastra lagi, tentu akan lebih enak membacanya!” Begitu komentarnya di WAG memberi masukan.
Tidak lama, teman lainnya menimpali, “Lah wong gak pernah ikut kopdar kok, ya jadinya kurang nyastra, wkwk.”
Kritikan itulah yang menjadi alasan sekaligus penyemangat saya untuk berangkat menghadiri Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO, Sabtu (19/2/22). Harapan saya, selepas mengikuti Roadshow, tulisan saya bisa lebih enak dibaca.
Batal Bareng Rombongan
Sebelumnya hari H, kelompok kontributor Gresik—Kongresmu—menawarkan rombongan berangkat bersama naik bus. Dari SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas), menuju lokasi. Tawaran menarik, pikir saya.
Apalagi ada pembagian doorprize saat pemberangkatan. Nyatanya memang benar. Dari kiriman obrolan di WAG, ada tiga srikandi kontributor Gresik yang mendapat doorprize. Selamat!
Awalnya saya ingin bergabung. Akan tetapi, karena ada agenda lain, maka saya putuskan berangkat naik motor bersama istri.
“Mohon maaf ustadz Ichwan Arif, belum bisa gabung berangkat bersama dengan teman kontributor Gresik. Dikarenakan ada keperluan lain. Semoga lancar dan bisa bertemu di lokasi pelatihan.” Demikian chat WA balasan yang saya kirim ke koordinator kontributor Gresik itu.
Tempuh Jalur Pilihan
Pada hari-H, saya menempuh perjalanan jauh ke lokasi di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Lamongan bersama istri. Rencana perjalanan sudah kami rencanakan. Akan berangkat dari mana, dengan apa, dan jalur mana.
Akhirnya kami memilih rute perjalanan lewat jalur Bungah, Dukun, Karangbinangun, Blawi, Glagah, Deket, dan Lamongan kota. Tak dinyana (tidak terpikir dan terbayang), jalur yang saya harap lebih dekat dan cepat, justru membawa kami pada jalur genangan banjir.
Di tengah perjalanan—ketika mulai memasuki Blawi, Glagah, dan desa selanjutnya—banjir menggenangi jalanan sepanjang desa tersebut. Hati saya mulai berdebar-debar. Khawatir jika mesin motor mati, sebab air masuk.
Dalam hati, saya terus melantunkan doa, “Ya Allah, lancarkan perjalanan kami. Jangan sampai mati mesin sepeda kami.
Bismillahi tawwakaltu alallah, laa haula walaa kuwwata Illa billahil alihil adhiim.” Doa ini terus terlantunkan selama melewati daerah aliran banjir itu.
Baca sambungan di halaman 2: Liburan Naik Perahu