Jadi Sultan Instan, Flexing, Masuk Penjara, oleh Sayyidah Nuriyah dan Waviq Amiqoh, Guru SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik.
PWMU.CO – Tak ada jalan cepat menuju kaya. Kalaupun ada, patut waspada lajur itu berstatus ilegal. Seperti halnya jerat digital trading binary option yang merugikan.
Alhamdulillah belakangan sukses dibekuk. Tak dapat dipungkiri iming-imingnya begitu menggoda, pun terjangkau dengan akses yang mudah.
Dengan berujungnya affiliator pada jeruji besi, hal ini sekaligus jadi solusi hobi mereka yang kerap flexing (pamer) kekayaan di media sosial. Setelah trading binary option dinyatakan ilegal dan masuk kategori judi, maka berakhir pula kesombongan beberapa affiliator-nya.
Upaya speak up netizen dan para korban flexing kekayaan layak dapatkan acungan jempol. Keberanian mengungkap kebenaran itulah kunci penyelamatnya.
Rasanya tak berlebihan kalau para generasi muda wajib berterima kasih atas pencerahan mereka yang akhirnya mengentaskan pengguna (maupun calon pengguna) dari ruang gelap pertalian flexing dan digital trading binary option yang ilegal.
Tentunya, keberhasilan meredam flexing dan jalur ilegal itu juga tak lepas dari aksi tanggap pemerintah. Salah satu akun YouTube afiliator binary option telah disita. Syukurlah. Flexing yang pernah menjamuri medsos selama pandemi, kini telah mereda.
Miskonsepsi Sukses
Bayangkan kalau Bareskrim Polri, Kemenkominfo, dan Bappebti tak ambil langkah tegas memberantas binary option, tentu makin berkembang kaum pemburu kesuksesan instan dengan bekal konsep sukses yang sesat. Ini yang bahaya!
Potret sultan dan crazy rich dengan segala kemewahannya mendorong netizen muda menciutkan gambaran sukses sebatas bergelimang harta. Mewahnya ‘murah banget’. Misal, bisa tinggal dalam rumah di lahan ekstraluas atau pakai pakaian dan aksesoris mewah.
Padahal Islam telah menerangkan definisi sukses lebih luas dari itu. Tertuang dalam at-Taubah ayat 20, konsep sukses semestinya adalah mendapat derajat kemuliaan di hadapan Allah SWT.
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya, “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Sukses bukan sekadar keberhasilan memiliki harta kekayaan atau kenaikan pangkat. Bagaimana sosok Muslim mampu memanfaatkan segala sumberdaya yang mereka punya di jalan Allah tentu lebih mulia dari sikap flexing di media sosial.
Artinya, dalam mendefinisikan sukses juga perlu memahami segala potensi diri sendiri, bukan berkaca pada orang lain, apalagi yang menyesatkan. Sehingga bisa mengarahkan potensi dirinya untuk menjalankan kebaikan sesuai perintah Allah.
Meski prosesnya tentu tak seinstan memasak mi, netizen muda patut berpegang teguh pada bekal pemahaman konsep sukses yang tepat: bahagia dunia akhirat dan mencari rezeki dengan cara yang halal.
Riya, Sombong, dan Narsistik
Dengan flexing harta—yang ternyata bersumber dari menyelami peran affiliator digital trading binary option—di media sosial, mereka hanya dapat pengakuan sebagian manusia. Belum lagi berbonus nyinyir dan memantik iri hati.
Sebenarnya flexing bukan hal baru dalam kehidupan Muslim. Sebelumnya kita akrab dengan istilah riya’ dan sombong. Jika keduanya dipadukan, lahirlah flexing.
Riya merupakan sikap merasa senang berlebihan ketika mendapat pujian, serta pamer yang telah dipunyai ini tentu bertentangan dengalarangan riya’ dalam al-Anfal ayat 47.
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَّرِئَاۤءَ النَّاسِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ بِمَايَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
Artinya, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.”
Tak sekadar riya (pamer harta), tapi juga menyombongkan diri melalui medsos.
Sementara itu, sombong merupakan sikap seseorang yang merasa dirinya paling sempurna dan menganggap orang lain rendah di matanya. Al Isra’ ayat 37 telah mewanti-wanti Muslim agar menghindari sombong.
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَ رْضِ مَرَحًا ۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَ رْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَا لَ طُوْلًا
Artinya, “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.”
Orang kaya beneran dengan segala proses panjang perjuangannya tak melakukan flexing. Sejauh ini, belum ditemukan mereka menyebut dirinya sultan atau crazy rich di media sosialnya. Tak patut rasanya orang kaya baru dengan jalan pintas ilegal itu menyombongkan dan memamerkan kekayaannya.
Sama halnya dengan orang pintar yang tak akan menyebut dirinya pintar. Karena orang yang benar-benar pintar tahu sejauh mana luasnya ilmu dan masih terus giat mengembangkannya.
Juga layaknya orang ikhlas yang tidak berkoar-koar menyatakan ikhlas-tidaknya. Maka, jelas status kekayaan para flexing yang sombong dan riya’ itu perlu dipertanyakan.
Baca sambungan di halaman 2: Bijak Bermedia Sosial