Makna Tahun Duka Cita Jelang Isra Mikraj, laporan Kontributor Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Dekan MIPA ITB Prof Ir Wahyu Srigutomo MSi PhD mengajak belajar dari rangkaian peristiwa sebelum Isra Mikraj terjadi. Hal ini dia sampaikan dalam Pengajian Virtual Orbit oleh Yayasan Orbit Lintas Karya binaan Prof M Din Syamsuddin MA PhD, Kamis (24/2/22) malam.
Awalnya, nantan Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Bandung itu menerangkan, peristiwa Isra Mikraj terjadi dalam dua fase. Pertama, Isra terkait perjalanan malam. Kedua, Mikraj.
Mengutip al-Isra ayat 1, Prof Wahyu mengatakan, “Maha Suci Allah yang memperjalankan terhadap hambaNya, perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang sekitarnya diberkati untuk diperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Sesungguhnya Allah maha besar.”
Mikraj
Kemudian, untuk menjelaskan peristiwa Mikraj, dia menukil an-Najm ayat 12-18. “Apakah kalian akan mengingkari atas apa yang dilihat oleh Muhammad yaitu melihat Jibril dalam bentuk yang asli?”
“Dan sungguh, Muhammad telah melihat pula Jibril pada kesempatan yang lain yaitu di Sidratul Muntaha,” sambungnya.
Dia menegaskan, Sidratul Muntaha inilah tempat tertinggi yang satu makhluk pun tidak pernah bisa berada di sana, termasuk malaikat Jibril sekalipun.
“Di sisinya terdapat tempat tinggal. Dan Muhammad SAW melihat Jibril saat di Sidratul Muntaha diliputi sesuatu. Tidaklah berpaling pandangan Muhammad, tidak juga melampauinya atas izin Allah. Dan sungguh telah melihat dari ayat-ayat TuhanNya yang besar,” imbuhnya.
Ayat-ayat itu, kata Prof Wahyu, turun sekitar setahun lebih—12, 16, atau 18 bulan—sebelum Rasulullah SAW hijrah.
Baca sambungan di halaman 2: Puncak Pra-Isra Mikraj