PWMU.CO – Sego tiwul dan gegok, kuliner khas Trenggalek hadir mewarnai cita rasa Roadshow Milad ke-6 PWMU.CO, Ahad (27/2/22).
Senyum Pemimpin Redaksi (Pemred) PWMU.CO Mohammad Nurfatoni mengembang. Di atas meja kontingen peserta dari Trenggalek, bungkus nasi dari kertas minyak dan daun pisang tersebut dibuka.
Tak menunggu lama, dengan tangan kosong, dilahapnya menu yang terdiri dari tiwul, nasi putih, mi, daun pepaya, tempe, dan ikan teri tersebut. “Tiwul naik kelas,” ujarnya mengulum senyum sembari mencocol sambel teri dan nasi.
Nasi tiwul tersebut menjadi salah satu jajanan daerah yang menjadi ciri khas dalam setiap perhelatan Milad PWMU, termasuk dalam Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO kali ini, yang dihelat di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo).
Bawa 60 Bungkus
Para kontributor Trenggalek yang dikomandani Kamas Tontowi mempunyai andil dalam membawa dua kuliner khas tersebut. Bersama Yusuf Wiyono, Rizka Ayu, Candra Dwi Aprida, Berta Mei L, dan Ana Retno M, mereka mewarnai cita rasa lidah para peserta roadshow.
Menurut Kamas Tontowi, ada 10 nasi tiwul dan 50 nasi gegok yang dibawanya dalam kegiatan ini. “Semuanya sumbangan dari Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek Ustadz Anang Wahid Cahyono LC,” tuturnya.
Sementara Ana Retno menyampaikan, nasi tiwul yang dibawanya ini dari Kecamatan Pule, daerah di Pegunungan Trenggalek. “Kalau tanpa lauk, harga nasi ini hanya Rp 2 ribu, sementara jika tambah lauk ikan teri harganya Rp 3-5 ribu,” terangnya.
Sego, atau nasi tiwul ini, sambungnya, dibuat dari ketela pohon singkong dikeringkan, dihaluskan, lalu ‘diinteri,’ supaya ‘merintil’ seperti nasi. “Agar tidak menjadi serbuk, dari tepung lalu dikasih air. Warna tiwul bergantung pada pengeringan,” jelas guru MTs Muhammadiyah 3 Tugu, Trenggalek, itu.
Ana Retno juga menyebut, untuk menu yang sering disuguhkan ke tamu biasanya terdiri dari nasi tiwul plus ikan laut. “Ada daun pepayanya juga, yang menjadi ciri khas, karena pengolahannya yang tidak pahit. Untuk yang dibawa ini tidak menggunakan daun, karena penjual melihat dari segi kepraktisannya,” tuturnya.
Rp 5 Ribu
Selain tiwul, sego gegok juga menjadi ciri khas kuliner Trenggalek. Rizka Ayu menjelaskan, nama sego gegok berasal dari cara pembuatannya yang ‘genem’ (dibungkus) dan ‘godog’ (dikukus) dengan ‘gedang’ (daun pisang).
.
“Semua bahan dikukus dengan daun pisang, di dalamnya ada lauk beraneka macam, khasnya dengan sambel teri. Makanan ini dari daerah Bendungan, Trenggalek,” papar Rizka yang menyebut harga harga sego gegok rerata Rp 3-5 ribu.
Paling mahal, kata dia, sego gegok lauk tuna, yang harganya Rp 5 ribu. “Paling khas adalah Mbah Tumirah, di Bendungan, Trenggalek, yang pertama merintis kuliner sego gegok,” jelasnya. (*)
Penulis Darul Setiawan