Din Syamsuddin Ajak Gelar Sajadah Panjang, Liputan Kontributor Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Meluruskan Isra Mikraj bukan seremoni belaka, Pembina Pengajian Virtual Orbit Prof KH M Din Syamsuddin MA PhD mengungkap pesan penting dan makna Isra Mikraj bagi kaum Muslim.
Sebelumnya, dia berpendapat pengalaman Rasulullah selama Isra Mikraj sangat menarik. “Termasuk ketika ditunjukkan surga dan neraka. Ternyata yang terbanyak di neraka itu kaum wanita, hehe, wallahua’lam,” ujarnya.
Teguhkan Hati
Episode bertemu dengan para anbiya—Rasul-Rasul Ulul Azmi, termasuk juga Rasul berada pada jalur tauhid—menurutnya sangat wajar. “Allah SWT mengenalkan secara langsung Rasulnya yang terakhir (Muhammad SAW) dengan para pendahulunya,” terang Prof Din.
Pada dasarnya, itu upaya peneguhan hati Muhammad SAW tentang tauhid. “Napak tilas kerasulan, kenabian terdahulu. Sebagai hamba Allah, insan pilihan yang menerima wahyu,” ungkapnya.
Hal itulah yang kemudian melancarkan hati Rasulullah SAW untuk melanjutkan risalah tauhid. Hijrah tiga bulan ke Madinah pascaperistiwa Isra Mikraj menurut Din Syamsuddin adalah penyiapan diri Rasulullah SAW untuk menghadapi peristiwa besar lainnya.
Dia lalu mencontohkan salah satu peristiwa sejarah Islam yang penting. Di Madinah—yang sebelumnya bernama Yastrib—Rasulullah dan sahabatnya berdakwah dan berjihad untuk menegakkan peradaban utama. Sehingga menjadi tonggak peradaban Islam.
Adapun peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW di Masjidil Haram, Prof Din memaknai sebagai proses penyucian diri untuk menemui sang pencipta dan bekal turun ke bumi menghadapi peristiwa-peristiwa besar.
Persujudan Panjang
Dalam peristiwa Isra Mikraj itu pula mengesankan Rasulullah SAW terlibat dalam persujudan panjang. “Dengan menggelar sajadah panjang. Yaitu dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Berjalan dari masjid ke masjid,” ujar Prof Din.
Memahami masjid sebagai tempat sujud, maka Prof Din memaknai manusia harus terlibat dalam proses ‘persujudan yang panjang’. “Kita mengharamkan diri dari hal-hal negatif. Itulah yang kemudian kita lambangkan dengan takbiratul ihram. Kita lambangkan memakai baju ihram,” jelasnya.
Persujudan panjang itu membawa manusia mencapai human dignity (kehormatan diri, derajat kemanusiaan). Dia berharap, manusia terus melakukannya ‘sampai Masjidil Aqsa’.
Maksudnya sampai titik yang terjauh, hingga bertemu Allah SWT, ada sedekat-dekatnya dengan Allah seperti halnya cita-cita kaum sufi. “Persujudan kita dalam berhubungan dengan Allah SWT ini jangan tanggung-tanggung!” tuturnya.
Baca sambungan di halaman 2: Taabud