PWMU.CO– Mengapa umat muslim terbelakang sedang non muslim itu maju? Topik ini menjadi kajian bakda Subuh di Masjid al-Qohhar PCM Lakarsantri, Ahad (27/2/2022).
Hadir sebagai pembicara Drs M Qodiron Abdurohim. Dia menjelaskan, ulama dari Kerajaan Sambas Kalimantan Syaikh Muhammad Basyuni Imran pada tahun 1929 mengajukan pertanyaan kepada gurunya yang juga pengasuh Majalah Al-Manar Mesir bernama Syaikh Sayid Rasyid Ridha.
Menjawab pertanyaan itu Rasyid Ridha meneruskan kepada cendekiawan terkenal waktu itu dari Libanon Syaikh Amir Syakib Arsalan yang waktu itu berada di Cordoba. Jawaban surat itu dimuat berseri di Majalah Al Manar.
Jawaban itu kemudian dibukukan pada tahun 1940 dan diterbitkan oleh Rasyid Ridha dengan judul Limadza taakhara al muslimun, wa limadza taqoddama ghoiruhum?
Dalam kajian Subuh di Masjid al-Qohhar Jl. Lidah Kulon itu ini, Ustadz Qodiron hanya menyampaikan tiga jawaban atas pertanyaan mengapa umat muslim terbelakang sedang non muslim itu maju?
”Jawaban pertama, dikarenakan umat Islam jauh dari Quran dan Sunnah. Al-Quran sebagai petunjuk kehidupan berisi nilai-nilai kebenaran yang pasti. Namun ketika al-Quran ditinggal, nilai-nilai kebenaran akan hilang. Seperti hilangnya ruh dalam kehidupan,” kata Ustadz Qodiron.
Kemudian dia mengutip firman Allah dalam al-Quran surat Thaha ayat 124.
Barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu. Maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sangat sempit. Dan kami akan mengumpulkannya di hari kiamat dalam keadaan buta.
Kedua, dikarenakan umat Islam terpecah-belah. ”Gus Baha pernah berkata, bagaimana caranya aku agar tetap NU namun tidak meninggalkan Muhammadiyah? Ada tiga cara untuk kita tetap dan tidak terpecah-belah. Yaitu ta’aruf (saling mengenal), ta’awun (saling menolong), takaful ((saling menjamin).
”Dakwah itu butuh Khadijah dan Abu Tholib. Artinya butuh dana dan kekuasaan sebagai backing atau jaminan dakwah. Khadijah dengan dananya serta Abu Tholib dengan kekuasaannya. Melindungi perjuangan dakwah Nabi,” tuturnya.
Ketika mereka berdua tiada, sambung dia, Nabi sempat kelimpungan. Sampai dengan diutusnya Nabi untuk Isra Mikraj dan menerima perintah shalat langsung dari Allah.
Jawaban ketiga, lanjut ustad yang pengasuh Pondok Pesantren al-Firdaus Pacet, adalah mengekor secara membabi buta.
”Ini disebabkan kurangnya literasi umat muslim. Sehingga mendangkalkan pengetahuan mereka. Akibatnya mudah dipengaruhi oleh yang lain,” ujarnya.
Dia menurutkan, ada cerita tokoh besar cendekiawan muslim, Nurcholis Madjid yang akrab dipanggil Cak Nur, diundang makan malam oleh seorang India yang kaya raya.
Begitu sampai rumah orang itu keadaannya gelap. Tuan rumah tahu Cak Nur datang baru menyalakan lampu. Begitu juga ketika berganti ruangan, hanya lampu itu yang menyala.
Cak Nur bertanya mengapa demikian. Jawaban tuan rumah ini yang membuat sedikit tersinggung. ”Inilah bedanya bangsa kami dengan bangsa Anda. Kami punya budaya efisiensi. Kami juga minat baca yang beda dengan bangsa anda. Budaya baca bangsa anda hanya terlihat di perpustakaan kampus saja. Selain itu tidak terlihat.”
Menurut Ustadz Qodion, inilah kelemahan literasi kita. Dengan sedikitnya minat baca, memengaruhi pengetahuan yang didapat. Pada akhirnya sebuah kekuatan besar dalam kejahatan bisa mengalahkan kebenaran. Karena minimnya pengetahuan kita. (*)
Penulis Ichsan Mahmudin Editor Sugeng Purwanto