PWMU.CO – Gunakan kaus kaki, siswa SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik berkreasi mendongeng. Inilah yang dilakukan siswa kelas VII dalam penilaian proses materi teks fabel, Rabu (2/3/22).
Siswa Spemdalas unjuk kebolehan mendongeng menggunakan alat peraga dari bahan bekas yang masih layak pakai: kaus kaki bekas.
Kepada Spemdalas Fony Libriastuti MSi mengungkapkan penilaian praktik semacam ini dapat meningkatkan potensi siswa dalam berimajinasi dan menuangkan ide sehingga pemerolehan pemahaman lebih mendalam.
“Selain itu ia juga mengungkapkan penggunaan bahan bekas ini juga menjadi daya tarik tersendiri dengan pengembangan kekreatifitasannya,” ujarnya.
Aspek Keterampilan
Penilai praktik mendongeng Ichwan Arif SS MHum mengungkapkan, salah satu bentuk penilaian pada aspek keterampilan selain pameran fabel adalah mendongeng menggunakan peraga. Siswa dapat berkreasi dan berlatih mengolah nada untuk menarasikan dan dialog antar karakter yang muncul pada cerita.
“Selain penilaian properti dan naskah, aspek lain yang dinilai adalah cara presentasi siswa dalam mendongeng,” jelasnya.
Dia memaparkan setelah melalui pembelajaran bahasa Indoneisa materi teks fabel, siswa kelas VII Spemdalas mulai mempersiapkan penilaian harian dengan mendongeng menggunakan peraga. Hal ini agar berbeda dengan yang lain.
“Peraga yang digunakan adalah kaus kaki bekas yang dihias sedemikian rupa untuk membentuk suatu karakter yang akan diperagakan ketika mendongeng. Tak hanya itu, naskah yang dibuat siswa adalah naskah asli dan orisinil sehingga siswa dapat mengembangkan sisi kreatifnya dan bermain dengan imajinasi dalam mendongeng,” ungkapnya.
Tahap proses
Siswa kelas VII B Muhammad Aryadhani kelas VII mengatakan untuk persiapan penilaian ini dia membuat satu naskah dan membuat 2-3 peraga. Bahan yang dipersiapkan sebagai peraga adalah kaus kaki bekas yang dihias sedemikian rupa layaknya boneka tangan.
“Saya terinspirasi dari kisah fabel yang ada di buku paket bahasa Indonesia karena dalam cerita memiliki hikmah yang menarik yaitu mengenai berbagi,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, diskusi bersama guru pengajar terkait naskah serta bantuan dari kakak untuk membuat peraga. “Untuk peraga dan bantuan karakter dibantu oleh kakak saya,” tuturnya, tersenyum. (*)
Penulis Dheni Iga Pratiwi. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.