.
PWMU.CO– Isra mikraj tidak dapat dijelaskan dengan teori relativitas khusus sebab ketika Nabi Muhammad saw melakukan mikraj maka masuk ke dimensi yang lebih tinggi (dimensi ekstra) sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang atau lenyap dari dunia material.
Demikian disampaikan Prof Agus Purwanto DSc, guru besar Fisika Teori ITS Surabaya dalam ceramah Isra Mikraj Nabi Muhammad saw di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Rabu (2/3/2020).
“Isra mikraj itu perlu keyakinan untuk mengimani bahwa kejadian yang dialami oleh Rasulullah benar adanya,” kata Prof Agus dalam acara offline dan online itu.
Dari sisi Fisika, Prof Agus menjelaskan, langit pertama berisi hujan. Langit kedua adalah jalur pesawat lewat. Langit ketiga berisi bulan. Planet-planet di langit keempat, bintang terang mengisi langit kelima. Supernova berada di langit keenam.
”Sedangkan untuk langit ketujuh tempat Rasulullah mengakhiri perjalanan isra mikraj berisi immaterial. Artinya, di luar dunia material. Inilah yang menyebabkan perjalanan mikraj Rasulullah tidak bisa dijelaskan dengan sains karena tidak dapat dilihat sebab secara jarak tempuh, Rasulullah melakukan perjalanan di atas kecepatan cahaya,” tandasnya.
Menurut Prof Agus, sudah dijelaskan dengan teori Relativitas Umum bahwa ada ruang dimensi tinggi, ruang immaterial, atau gaib di sekitar kita. Untuk menembus ruang dimensi tinggi, immaterial, atau gaib ini tidak perlu 8 jam.
”Rasulullah dalam perjalanan isra mikraj tidak memerlukan waktu 8 jam karena perjalanan menembus langit ketujuh lebih cepat dari kecepatan cahaya yakni 300 x 10^8 m/det,” katanya.
Pengajian detail isra mikraj kali ini membuka wawasan semua warga Smamda.”Kita semakin tahu bahwa kita adalah makhluk Allah yang kecil dan lemah,” komentar Sulaiman, guru Ismuba Smamda Surabaya.
M. Hazmi, siswa XII MIPA 4 mengatakan, senang dengan pengajian mengaitkan agama dengan sains. Menambah sudut pandang beragama makin luas.
”Saya harap bisa lebih banyak kajian sains dan agama seperti ini agar umat bisa lebih mudah memahami peristiwa ghaib seperti ini dan tidak mudah tersesat kan dengan informasi yang simpang siur,” jelasnya. (*)
Penulis Era Restiani Editor Sugeng Purwanto