Muhammadiyah sebagai Harakah
Haedar juga memaparkan spirit pergerakan yang hidup dalam Muhammadiyah dan dikembangkan cabang ranting, yang waktua itu masih diberi nama gerombolan Muhammadiyah. Berawal dari Yogyakarta, Klaten, Surabaya, Pekalongan, Semarang, Jawa Barat, sampai Sumatera di Padang Panjang.
Kemudian ke Makasar, Manado. Dan setelah itu sampai ke seluruh Tanah Air. Muhammadiyah hadir di setiap tempat dengan berdirinya cabang atau ranting.
“Keberadaan dan perluasan Muhammadiyah waktu itu dengan transportasi yang masih sangat terbatas dan kita masih kondisi terjajah, Muhammadiyah sudah tersebar ke seluruh Tanah Air. Di Papua atau Merauke, Muhammadiyah masuk pada tahun 1926,” ungkapnya.
“Bisa dibayangkan saat itu bagaimana pergerakan Islam yang semula masih di Yogyakarta dan semakin meluas. Secara kelembagaan, penggerak Muhammadiyah adalah cabang dan ranting. Karena kehadiran Muhammadiyah itu melekat pada cabang dan ranting,” tambah dia.
Terkait dengan pesebaran Muhammadiyah itu, Haedar menerangkan bahwa itu disebabkan karena Muhammadiyah tmempunyai pondasi Islam yang bersifat al-Harakah atau pergerakan yang terinspirasi dari Ali Imran 104 dan 110. Dan kemudian dituangkan dalam Anggaran Dasar bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Islam.
“Yang gerakan Islam memiliki misi utama dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid. Tajdid jangan lupa dan selalu paket dengan dakwah, karena tajdid ini pula yang menjadi kekuatan distinksi (pembeda) dari gerakan Muhammadiyah,” tutur Haedar. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni