Cara Firaun Melanggengkan Kekuasaan oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Sejak dulu, tabiat penguasa selalu ingin melanggengkan kekuasaannya. Tabiat ini warisan Firaun turun temurun. Siapa atau apa Firaun? Banyak pendapat mengenai hal ini. Itu nama seorang raja atau gelar para raja. Begitu pula soal apakah Firaun itu bangsa Mesir atau Heykos?
Filsuf Mesir Mustafa Mahmud membantah. Firaun orang Mesir karena ia merupakan aib di tengah keyakinan monoteis bangsa ini. Firaun adalah bangsa Heykos yang kafir yang diseru oleh Musa untuk beriman.
Sementara peneliti Ahmed Nurudin (2016) menyebut Firaun adalah orang tertentu dan bukan gelar. Karena kebiasaan bangsa Mesir yang mengubah nama itu menjadi gelar.
Akan tetapi mufasir Imam al-Qurtubi menyatakan, Firaun adalah sifat seseorang karena jika yang dimaksudkan adalah gelar maka itu berarti setiap hal yang melawan dan mendebat kebenaran.
Imam as-Suyuthi lebih percaya bahwa Firaun adalah gelar untuk al-Walid bin Mushab. Pendapat lain menyebut Firaun adalah gelar untuk raja-raja Mesir yang saat Musa diutus memberi peringatan kepada mereka, raja Mesirnya mengerucut kepada dua nama, yaitu Ramses II dan anaknya Merneptah yang hidup sekitar 1212 SM.
Membangun Istana
Terlepas dari berbagai perdebatannya Firaun adalah simbol penguasa diktator otoriter, lalim, sombong dan serakah. Kekejamannya terlukis dalam al-Quran surat al-Baqarah: 49.
يُذَبِّحُوْنَ اَبْنَاۤءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْ ۗ وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ
Mereka membunuhi anak anak laki-laki dari kalian dan membiarkan para wanita hidup. Yang demikian itu merupakan cobaan dari Tuhanmu Yang Maha Agung.
Sebagai raja yang haus kekuasaan, Firaun takut terguling dan berusaha keras mempertahankan kekuasaannya. Cara Firaun melanggengkan kekuasaan memulainya dengan mengklaim diri sebagai penguasa tunggal yang besar dan absolut layaknya tuhan yang menentukan hidup mati manusia.
Untuk itu dia mengaku sebagai Tuhan. Firaun berkata,”Aku adalah rabb kalian yang paling tinggi.” (An Nazi’at: 24)
Pengakuan sebagai Tuhan ini dia wujudkan dengan membangun benteng yang kokoh dan tinggi menjulang ke angkasa sebagai simbol kebesaran, kebanggaan dan keangkuhan.
Ia perintahkan pembesar utamanya Haman, menteri segala urusan yang ahli segala hal, penasihat ulung dan arsitek jempolan membangun benteng itu sekaligus menjadi Istana Kerajaan Megara (IKN) yang berfungsi sebagai tempatnya bersemayam layaknya tuhan seraya mengejek Musa as.
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (3 أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا
Dan berkatalah Firaun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Rabb Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”. (Al Mu’min: 36-37)
Menyewa Tukang Sihir
Cara Firaun melanggengkan kekuasaan berikutnya menghancurkan segala kemungkinan yang berpotensi merongrong dan merebut kekuasaannya. Perintah membunuh bayi laki-laki seperti tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 49 adalah cara terlicik dan terkejam Firaun memenuhi ambisinya. Keputusan itu dibuat hanya berdasar mimpi istananya terbakar api membara, dia terbunuh dan kekuasaannya tumbang.
Mencegah mimipi itu terwujud maka segala potensi yang bisa merongrong kekuasaan sekecil apapun sejak dini harus dimusnahkan. Potensi itu bisa berupa suara suara kritis, kekuatan kaum terdidik, dan gerakan massa penentang kebijakan Firaun.
Jika infrastruktur sudah siap, istana berdiri megah dan potensi yang merongrong kekuasaan hancur, langkah Firaun selanjutnya adalah merangkul tokoh pragmatis, tukang sihir, dengan mengajak kerja sama dan menawarkan fasilitas, jabatan dan kedekatan hubungan dalam lingkaran istana.
Firaun menjadikan tukang sihir sebagai tameng untuk melindungi dirinya. Para tukang sihir itu akan menyulap peraturan kerajaan, membujuk para menteri dan tokoh masyarakat, pemimpin politik untuk membentuk paduan suara dan menyanyikan koor puja-puji Firaun, mendewakannya dan mempertahankan kekuasaan secara bersama-sama.
فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ، قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
Maka ketika para penyihir datang, mereka berkata kepada Firaun: Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar jika kami menang?
Dia (Firaun) menjawab: Ya, bahkan kalian pasti akan mendapat kedudukan yang dekat (di sisiku). (Asy-Syu’ara: 41-42)
Intimidasi
Jika semua itu masih belum mampu membendung gerakan ganti kekuasaan Firaun oleh Musa, maka Firaun dan para pendukung kekuasaan melakukan ancaman, intimidasi, hingga pembunuhan dengan mencincang dan menyalib para penentang kekuasaannya.
فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى
Berani sekali kalian beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepada kalian. Sesungguhnya Musa ini adalah guru besar yang mengajarkan sihir kepada kalian. Sungguh aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang, dan sungguh aku akan menyalib kalian semua pada pangkal pohon kurma. Kalian akan tahu siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya. (Taha: 71)
Demikianlah Firaun berusaha keras mempertahankan kekuasaannya menurut al- Quran. Jika Firaun itu sifat maka Firaun akan ada di setiap zaman, termasuk zaman sekarang ini. Di negara ini.
Sifat Firaun yang haus kekuasaan bisa ada pada siapa saja. Itu sebabnya Rasulullah mensyukuri kematian Abu Jahal sebagai Firaun zaman itu. Ini merujuk pada hadits Rasulullah saw saat Abu Jahal terbunuh: أخذنا فرعون هذه الأمة Kita telah mengalahkan Firaunnya era sekarang. (*)
Editor Sugeng Purwanto