Metode Dakwah Nabi Musa kepada Firaun
Nabi Musa merupakan salah seorang nabi yang mendapat gelar ulul ‘azmi. Sebagai nabi beliau pasti termasuk orang yang shaleh dan bertakwa kepada Allah dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan Firaun adalah simbol pemimpin yang zalim bahkan menganggap dirinya sebagai tuhan. Seorang yang sangat shalih berdakwah kepada seorang yang sangat lalim, Allah memerintahkan kepada nabi Musa dan Harun agar berdakwah dengan lemah lembut.
فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha 44)
Kadang kita jumpai saat ini seorang dai yang menyampaikan dengan bahasa yang kasar lagi sangat menyakitkan perasaan orang lain. Pertanyaanya adalah, seshaleh Nabi Musa-kah ia dan sezalim Firaun-kah yang didakwahi sehingga ia harus berdakwah dengan kata-kata kasar lag menyakitkan?
Maka dalam hal ini di antara para ulama menjadikan ayat ini sebagai sandaran metode dakwah yang benar yaitu dengan lemah lembut dan argumentative, sebagaimana pula dakwah Nabiyullah Ibrahim alaihissalam kepada Raja Namrudz.
Dakwah adalah dalam rangka mengajak dan bukan mengejek. Sebagai apapun kita hendaknya tetap bersikap lemah lembut keoada sesama, mengedepankan sikap tawadhu tanpa merasa tawadhu. Karena semua kelebihan yang kita miliki dari orang lain entah yang berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu dan lain sebagainya hakikatnya adalah anugrah sekaligus amanah Allah kepada kita, maka hendaknya kita tidak melupakan hal itu sehingga semua itu tidak menyebabkan diri kita menjadi lupa diri.
Hanya dengan landasan akidah yang benar dan kuat sekalgus ditunjang dengan ketundukan hati kita kepada Allah yang akan dapat memgantarkan seseorang untuk bersikap lemah lembut dan saling bertawadhu kepada orang lain.
Karena semua manusia adalah istimewa di hadapan Allah tanpa memandang status sosial dan warna kulit atau kebangsaan dan suku apapun. Jika ia bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Wallahul musta’aan, wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Keutamaan Bersikap Lemah Lembut adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 14 Tahun XXVI, 5 Maret 2022/1 Sya’ban 1443
Discussion about this post