Andaikan Ini Shalat Terakhirmu, liputan Ain Nurwindasari
Kontributor Gresik.
PWMU.CO – Siswi SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik mengingatkan ‘Andaikan Ini Shalat Terakhirmu’, Jumat (4/03/22).
Siswi kelas IX F Saffanah Yasmin Noor menyampaikannya dalam Kajian Muslimah (Kalimah). Program rutin khusus siswi itu digelar hybrid.
Mengawali pembicaraannya, dia melontarkan sebuah pertanyaan. “Pernah nggak kalian bercanda sebelum shalat ataupun shalat dengan tergesa-gesa?” tanyanya. Seluruh peserta kompak menjawab pernah.
Remaja yang akrab disapa Saffa itu menjelaskan, hal itu bisa membuat sholat menjadi tidak khusuk. “Kalau kita bercanda sebelum sholat, nanti bisa membuat kita kepikiran dengan candaan kita dan akhirnya kita jadi nggak khusuk,” terangnya.
Dia pun mengajak peserta membayangkan kalau ternyata shalat itu adalah shalat yang terakhir. “Pasti nanti (di akhirat) kita akan menyesal, kan!” imbuhnya.
Shalat sebagai Penolong
Saffa menjelaskan, sholat merupakan ibadah yang seharusnya tidak dianggap remeh oleh umat Islam. Hal ini karena sholat bisa menjadi penolong bagi mereka. Saffa menyitir al-Baqarah ayat 145 berikut.
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
“Untuk bisa sholat yang khusuk itu memang berat ya, menjadi orang yang sabar juga berat. Oleh karena itu sholat dan sabar ini bsia menjadi penolong ketika nanti di akhirat,” paparnya.
Tak Mudah Khusuk
Menurut Saffa, meskipun sholat yang khusuk tidak mudah, tapi seharusnya seseorang berusaha untuk khusuk. Ia menceritakan kisah Rasulullah yang didatangi oleh salah seorang sahabat yang mengeluhkan sulitnya sholat khusuk.
Rasulullah SAW berkata, “Tidak ada orang yang dapat sempurna dan khusyuk sepenuhnya dalam mengerjakan shalat dari awal hingga akhir.”
Kemudian Ali bin Abi Thalib dengan sigap menjawab dia bisa sholat dengan khusuk. Namun setelah dipersilakan oleh Rasulullah untuk sholat dengan dijanjikan akan diberikan sorban, Ali pun hanya bisa khusuk di rakaat pertama sampai sujud terakhir.
Sesaat sebelum salam, Ali sudah memikirkan sorban yang dijanjikan Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, “Khusuk itu memang tidak mudah. Sebab, khusuk itu diukur oleh Allah sebatas kemampuan manusia. Namun, ketika pikiran sudah terbawa urusan lain ketika shalat, segera kembalikan lagi kepada shalat.”
Dia meluruskan, agar teman-temannya tidak berpikiran Ali bin Abi Thalib saja tidak mudah khusuk, apalagi mereka. “Seharusnya kita menggarisbawahi kalimat bahwa ketika pikiran terbawa urusan lain ketika salat, segera kembalikan lagi dalam salat, sehingga khusuk kita dalam shalat,” tuturnya.
Dia menyimpulkan, “Jadi ini memang alami, muncul di otak, tapi kalau sebisa mungkin kita tepis, itu bisa! Bukan malah kita teruskan. Kalau kita teruskan berarti kita belum bisa mengembalikan pikiran ke dalam sholat.”
Mungkin Ini Shalat Terakhirku
Sebelum Saffa menyitir sebuah hadis terkait pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan berikutnya, dia bertanya retorik, “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”
“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas,” ujarnya membaca HR Ibnu Majah nomor 4259.
Bagaimana mempersiapkan diri untuk alam berikutnya? “Salah satunya dengan selalu memperbaiki kualitas sholat. Sholatlah dengan berpikir, ‘Andaikan ini sholat terakhirku’, dan terapkan ini di setiap sholat. Nantinya, kita akan terdorong untuk selalu sholat dengan sebaik-baiknya,” imbuhnya.
Memperbaiki kualitas sholat
Saffa juga menjelaskan, berdasarkan pengalamannya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar seseorang bisa mencapai kekhusukan. Yaitu dengan memperbaiki kualitas sholat.
Dia bagikan enam tips untuk memperbaiki kualitas sholat. Pertama, gunakan pakaian terbaik. Kedua, menyempurnakan wudhu. Ketiga, menyimak dan menjawab adzah. Keempat, tidak menahan buang air. Kelima, memahami arti bacaan sholat. Keenam, memfokuskan pandangan selama sholat.
Akhirnya dia menyimpulkan, memahami bacaan sholat sangat penting. “Jika kita memahami arti tiap bacaan sholat, kemungkinan besar saat sholat lisan kita mengucap bacaan, sedangkan hati dan otak akan memaknai bacaan. Hal ini meningkatkan fokus kita selama sholat!” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni