Muhammadiyah Modo Kehilangan Sesepuh Haji Suminto, oleh Mohamad Su’ud, Kepala SMK Muhammadiyah 6 Lamongan.
PWMU.CO – Keluarga besar Muhammadiyah Cabang Modo, Kabupaten Lamongan berduka. Hari ini, Senin (7/3/2022), Haji Suminto telah menghadap kepada Allah SWT di usia 72 tahun.
Selama hidup, Suminto menghabiskan pengabdiannya kepada Persyarikatan. Terakhir menjabat sebagai Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Modo periode 2010-2015.
Walaupun sudah tidak menjabat di struktural, dia selalu berkomunikasi dan menanyakan kabar perkembangan Muhammadiyah.
Empat bulan menjelang wafat, Suminto sempat berkunjung ke Perguruan Muhammadiyah Modo dan bertemu dengan penulis di kantin sekolah.
Dalam suatu kesempatan berpesan, “Tolong dijaga Dik (panggilan untuk saya). Jangan sampai Muhammadiyah dimanfaatkan oleh kepentingan pribadi.”
Suminto, meninggalkan seorang istri Siti Chotidjah dan tiga anak laki-laki, Edi Susanto, Ipong Sujatmiko, dan Afif Udin.
Suminto juga mewakafkan sebidang tanah dekat masjid kepada Muhammadiyah yang diperuntukkan untuk kepentingan masjid besar Baitul Muttaqin Modo.
Walaupun bukan politisi, Suminto menjalin komunikasi yang intens dengan beberapa anggota dewan, baik di tingkat kabupaten maupun propinsi. Terbukti, beberapa kali dia berhasil memperoleh bantuan dan semua diperuntukkan untuk lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Bersama teman-teman kami juga menjenguk pada waktu opname di RSUD Ngimbang, pertengahan tahun 2021.
Kenangan Teman Seperjuangan
Salah satu teman perjuangannya, Haji Kastoer, menuturkan Haji Suminto tipe orang pekerja keras, tidak segan-segan mendermakan harta, termasuk untuk awal pendirian Snakma Muhammadiyah (sekarang SMK Muhammadiyah 6 Modo).
“Kami bertiga: saya, almarhun dan dr Sukari bahu-membahu untuk mendirikan sekolah Muhammadiyah. Tidak peduli segala rintangan yang datang,” tutur Ketua Majelis Dikdasmen PCM Modo periode 1995-2000, ini.
Pada waktu saya meminta kesan almarhum, Haji Kastoer berderai air matanya. “Sampean yang paling tua, aku titip Muhammadiyah, jangan sampai menjadi rebutan atau tempat mencari makan. Hdup- hidupilah Muhammadiyah,” kenang H. Kastoer, teman almarhum sejak tahun 1977.
Lima hari sebelum meninggal, dia berpesan kepada Ipong Sudjatmiko, putra kedua. “Sering-sering dolan ke sekolah,” pesan singkat penuh makna.
Janazah Haji Suminto dimakamkan hari ini juga di p[emakaman umum Dusun Modo Desa Mojorejo Kecamatan Modo.
Selamat jalan Pak Haji Suminto, perjuanganmu akan selalu kami kenang. Allahummaghfirlahuu warhamhu waafihi wa’fuanhu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni