Kisah Pertarungan Nafsu dan Takwa, laporan kontributor PWMU.CO Basirun.
PWMU.CO – Masjid al-Hidayah—amal usaha Pimpinan Ranting Muhammadiyah Jatikalang, Krian, Sidoarjo—‘ketiban sampur’ menjadi tuan rumah Pengajian Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Krian (Mukri), Ahad (6/3/22).
Ini pengajian putaran kedua setelah dua tahun absen akibat pandemi. Putaran pertama dilasanakan di Kantor Mukri pada awal Februari. Lokasi pengajian memang selalu berpindah tempat, dari satu Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) ke PRM lainnya.
Ustadz Syaifuddin SPdI dari Tulangan Sidoarjo menjadi narasumber kajian kali ini. Aktivis PRM, pimpinan amal usaha, guru dan karyawan amal usaha, serta simpatisan persyarikatan se-PCM Krian juga hadir.
Pembawa acara sekaligus aktivis PRM Jatikalang Arif Mulyanto menginfokan, kajian bulan depan—saat Ramadhan—libur. “Kajian dilanjutkan pada bulan Mei bersamaan dengan halal bi halal,” terangnya.
Selanjutnya, Ketua PRM Jatikalang Mulyo Gianto mengajak peserta merenung. “Pandemi selama dua tahun telah menggantikan popularitas di desa kita yang subur ini,” ungkapnya.
“Selama ini kita selalu bangga dengan hasil panen padi, tetapi pada masa pandemi desa kita panen mayit,” sambungnya.
Tapi dia bersyukur kini kondisinya lebih aman. Dia lantas mengingatkan, umat Islam sebaiknya memandang sakit dan sehat sebagai nikmat.
Rusak Akidah
Ustadz Syaifuddin menyampaikan tiga hal yang merusak akidah umat Islam. Yaitu mengumbar hawa nafsu, menuruti kikir, dan membanggakan diri atau sombong.
Ketua Takmir Masjid Baitur Rohman Tulangan Sidoarjo itu menjelaskan, kodratnya manusia selalu diliputi nafsu yang mendorong berbuat kejahatan. Dia menyitir Yusuf 53.
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya, “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Kisah Pemuda Damaskus
Selanjutnya, guru Ismuba SD Muhammadiyah 2 Tulangan Sidoarjo (SD Muda Tusida) itu mengisahkan pertarungan antara fujur (hawa nafsu) dan ketakwaan. Kisahnya bermula ketika seorang pemuda Damaskus (Syiria) sedang mengembara.
Ia mendatangi sebuah masjid, di sana untuk beristirahat dan menunaikan shalat. Saat itu ada seorang kiai yang sedang memberi pengajian. Karena materi pengajiannya menarik, pemuda itu ingin berguru.
“Ya Syaikh, bolehkan saya berguru kepadamu?” pinta si pemuda.
Dengan nada berat sang imam menjawab, “Baiklah, tetapi saya tidak punya apa-apa. Jika nanti saya punya makanan, kita makan bersama. Tetapi kalu tidak ada makanan, kita puasa bersama,” jawabnya. Pemuda itu sepakat.
Nafsu Vs Takwa
Ternyata syaikh memang tidak punya makanan, sehingga setiap hari berpuasa. Menu sahur dan buka puasanya cuma sebutir kurma.
Lama-lama, pemuda itu tak tahan lapar. Tanpa sepengetahuan syaikh, dia meninggalkan masjid untuk memasuki rumah seseorang. Dia hanya sekadar ingin mencari makan.
Masuklah pemuda itu ke sebuah rumah. Di dalam rumah itu ada dua potong terong rebus. Dia langsung mengambil sepotong dan memakannya. Saat akan menelan, ia baru sadar itu makanan haram.
Karena belum izin pemiliknya, batin pemuda berperang antara hawa nafsu dan ketakwaannya. Akhirnya dia muntahkan terong itu dan biarkan tercecer di lantai. Sekuat tenaga dia segera keluar dari rumah itu.
Menikah
Esok harinya, syaikh memanggil pemuda itu. “Hai fulan, maukah kamu saya nikahkan dengan wanita itu?” tanyanya sambil menunjuk gadis bercadar yang tidak jauh dari masjid.
“Maaf Syaikh, siapa dia?” kata pemuda penasaran.
“Dia adalah janda yang baru saja ditinggal suaminya dan masa iddahnya sudah habis,” jelas Syaikh meyakinkannya.
Sejenak pemuda itu memandangi si perempuan bercadar.
“Baik Syaikh, bismillah bersedia,” jawab pemuda itu dengan yakin.
Tak butuh waktu lama, pemuda itu menikahi janda muda yang tidak dia kenal. Setalah menjadi suami istri, gadis itu mengajak pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari masjid.
Istri dan Harta Halal
Sesampainya di rumah wanita itu, bagaikan disambar petir, dia menyadari itulah rumah yang pernah dia masuki. Sang istri menggandengnya masuk rumah.
Terong yang dia muntahkan tadi masih tetap di lantai. Seolah wanita itu tidak menghiraukan terong tersebut. Ketika di kamar, istrinya bertanya, “Suamiku, bolehkah aku membuka cadarku?”
Setelah dia mengizinkan, wanita itu membuka cadar hitamnya. “Suamiku, aku sekarang sudah menjadi istrimu, halal diri dan hartaku untukmu,” kata wanita itu.
Hikmahnya, Ustadz Syaifuddin mengingatkan, jika ikhlas mengendalikan nafsu, Allah akan memberi rezeki yang tak terduga. Seperti dalam at-Thalaq ayat 2-3 berikut.
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam semua apa yang diperintahkan kepadanya dan meninggalkan semua apa yang dilarang baginya, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari urusannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni