PWMU.CO – Malaysia dikenal sebagai salah satu Negara Islam. Tak hanya negara Islam, bahkan Malaysia juga bisa disebut sebagai negara Islam yang bermadzhab Syafii, merujuk pada pemahaman fiqih yang diajarkan oleh Imam Syafii. Bahkan, terkadang alergi terhadap Islam madzhab lainnya. Lantas bagaimana Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia memperkenalkan Muhammadiyah yang non-madzhab pada masyarakat setempat?
“Kami sering menjawab pertanyaan tentang masalah madzhab ini dengan jawaban bahwa Muhammadiyah mengambil pendapat fiqih yang mu’tabarah,” jelas Ketua PCIM Malaysia, Dr Sonny Zulhuda, saat menerima rombongan Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Gedung Dakwah Muhammadiyah Malaysia di Kuala Lumpur (17/1).
(Baca: Ketika Orang Lamongan “Kuasai” Muhammadiyah Cabang Istimewa Malaysia)
“Karena itu, kita lebih banyak berbicara tentang persamaan pemahaman antara Muhammadiyah dengan masyarakat setempat,” tambah Sony.
Namun, ternyata PCIM juga puny acara jitu untuk memperkenalkan Muhammadiyah kepada masyarakat lokal. Jika ada pertanyaan bagaimana pemikiran Muhammadiyah, sebuah jawaban bernada pertanyaan pun dilontarkan: apakah tuan dan puan mengenal Buya HAMKA?
“Hampir tidak ada masyarakat Malaysia yang tidak mengenal Buya HAMKA,” jelas Sony. Bahkan, keberadaan budayawan yang pernah menjadi salah satu (Wakil) Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mungkin lebih mengakar di Malaysia daripada di negeri Indonesia sendiri. “Buya HAMKA itulah pemikiran Muhammadiyah,” jelas Sony.
(Baca juga: Ceramah di Malaysia, Dai Ini Kisahkan Gagalnya Kristenisasi di Indonesia)
Ketua PCIM yang baru terpilih tahun 2016 lalu ini juga menjelaskan jika memperkenalkan Muhammadiyah kepada masyarakat local Malaysia memang tidak mudah. “Sebab, masyarakat Malaysia tergolong sensitif jika berbicara tentang sebuah perkumpulan,” tambahnya.
Biasanya, mereka akan menanyakan apakah Muhammadiyah itu termasuk organisasi yang resmi atau terdaftar dalam pemerintahan. “Jika ditanya tentang legalitas, maka kami menjawabnya bahwa PCIM memang tidak terdaftar, tapi berada dalam pembinaan KBRI,” jelas Sony menjelaskan tentang aspek legalitas PCIM di Malaysia.
(Baca juga: Muhammadiyah Segera Dirikan Universitas Muhammadiyah di Malaysia, Begini Persiapannya)
Maklum saja, PCIM dalam setiap kegiatan yang diselenggarakannya memang selalu berkordinasi dengan KBRI, dan tentu saja apparat setempat. Lebih daripada itu, tidak sedikit para pimpinan PCIM yang terlibat dalam berbagai kegiatan warga Indonesia di Malaysia yang diadakan oleh KBRI.
“Seperti dalam setiap Pemilu untuk luar negeri, beberapa personalia dari PCIM juga menjadi panitia pemungutan suara.”
Semoga terus sukses mengembangkan dakwah di negeri jiran! (kholid)