Beritakan Hal Positif
Prof Biyanto meminta bantuan dari Kontributor Banyuwangi untuk memberitakan hal-hal positif. Tentu saja dengan data terkait dengan insiden di Tampo Cluring Banyuwangi.
“Saat ini kita perang media. Kita memang agak santun yang menjadi ciri khas Muhammadiyah. Seperti pesan Pak Haedar Nasir dan Pak Mu’ti bahwa kita tak boleh reaksioner. Kasus di Tampo seperti fenomena gunung es. Kelihatan satu dua, yang tidak terberitakan sangat banyak,” katanya.
Seluruh jajaran Muhammadiyah mulai dari PP hingga PDM Banyuwangi melakukan rapat via Zoom sebagai langkah awal menegakkan marwah Muhammadiyah di Banyuwangi. Kita semua tahu sejarah di Banyuwangi yang luar biasa, termasuk bagaimana Kiai Dahlan pernah mendapat ancaman akan di bunuh. Spa yang terjadi di Tampo Banyuwangi diambil alih PWM Jawa Timur.
Tegakkan Marwah Muhammadiyah
Prof Biyanto mengatakan sebagai wujud nyata penegakan marwah Muhammadiyah, PWM Jatim melaksanakan press realese pada Senin (8/3/22) dengan mengundang 100-an wartawan di Aula Mas Mansur untuk menyampaikan langkah-langkah Muhammadiyah Jatim melalui juru bicara ahli hukum yang dimiliki.
“Untuk kasus di Tampo, berdasarkan kajian yang telah di lakukan mengacu pada dokumen yang ada, baik secara legal formal maupun secara sosiologis sudah dikuasai Muhammadiyah, baik melalui ijazah yang diterbitkan pada tahun 1976,” jelasnya.
Di akhir sambutannya, Prof Biyanto meminta Ketua PDM Kota Probolinggo Masfuk untuk segera mendata dan melegal formalkan semua aset Muhammadiyah di Kota Probolinggo dan kota lainnya agar tidak ada lagi yang berani bermain-main dengan Muhammadiyah dan menghindari kriminalisasi.
“Saat ini kuasa hukum Muhammadiyah diketuai Masbukin yang juga kuasa hukum partner Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah Jawa Timur.” (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.