Keseruan Taklukkan Tantangan
Di antara mereka, tampak siswi kelas VI Everest Niratuain Purba Kinasih membagi tugas timnya. Ada yang bagian memotong sendok, mengoleskan lem ke sendok yang telah dipotong, juga membuat pola di kain flanel dan mengguntingnya. Sedangkan dia sendiri bertugas menempel sendok.
Perempuan berdarah Aceh yang mengaku baru pertama membuat Lampu Nanas itu sangat antusias menyusun potongan-potongan sendok ke badan botol plastik bekas yang sudah digunting atasnya (leher botol).
Dia mengaku tak kesulitan sama sekali. “Aku memang suka bikin yang berbau kerajinan,” tambahnya.
Tak terasa, timnya telah menyusun hampir setengah badan botol. Sendoknya bertumpuk-tumpuk empat banjar. Sambil menunggu temannya selesai mengoleskan lem tembak, dia melirik kelompok lain di sampingnya. Ternyata mereka masih kesulitan menempel dan menyusun sendok bahkan di baris pertama.
Maka, Nira memberi tips untuk segera menempel sesaat setelah diolesi lem tembak sebelum mengering. Dia juga menyarankan agar mereka mengatur jarak susunan sendoknya.
Hampir selesai menyusun, kelompok Nira menghadapi ujian. Sendok mereka habis. Padahal masih ada sebanjar yang tersisa. Mereka membutuhkan sekitar 7 sendok lagi. Maka, Nira berkeliling ke kelompok lain yang sudah selesai untuk meminta kelebihan sendok.
PjBL
Siswa kelas VI Fuji Amira Ardia Putri Asmarany—sambil menunjukkan jemarinya yang penuh lem—mengatakan, “Tahap pembuatan yang cukup menantang itu waktu mengelem sendok dan menatanya di botol.”
Rizka Aulia Mufidah Syafa membenarkan. Menurutnya, proyek ini memang bisa melatih ketelatenan karena perlu menyusun secara rapi. “Perlu hati-hati juga pas menempel dengan lem,” tambahnya.
Ririz—panggilan akrabnya—juga senang bisa mendaur ulang plastik menjadi lampu yang bagus. Perempuan yang hobi membuat kerajinan tangan itu menyatakan, “Mau coba buat lagi di rumah!”
Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengembangan Pendidikan Farikha SPd mengungkap, sebenarnya ia berharap bisa mengintegrasikan lebih dari tiga mapel dalam project based learning yang lebih komprehensif.
“Tetapi saat ini baru bisa integrasi tiga mapel karena dalam kondisi siswa masuk (dibagi dua shift) seperti ini,” ujarnya.
Kemudian, Farikha mengungkan, sekolah berencana memamerkan Lampu Nanas sebagai salah satu produk PjBL siswa. “Akan disimpan oleh sekolah dulu,” imbuhnya.
Dia membenarkan metode uprak ini melanjutkan science project. “Sebelumnya hanya fokus pada Science, tetapi khusus kelas VI ini diintegrasikan dengan mapel PLH dan SBP,” tambahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni