Benang Merah Tiga Nafsu Jahat
Ustadz Musta’in menuturkan, menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, nafsu jahat dibagi tiga. Yaitu nafsu kalbiah, nafsu khimariah, dan nafsu bahaimiah. Ada benang merah antara nafsu-nafsu itu dengan adil.
Pertama, nafsu kalbiah, berasal dari kata kalbun, yakni anjing. “Menurut pengamatan Ibnu Qayyim Al Jauziyah, jika anjing menemukan bangkai pasti bangkai itu dikeroyok oleh sesama anjing. Binatang lain tidak boleh ikut,” terangnya.
Yang dimiliki anjing itulah nafsu yang tidak mau tersaingi atau nafsu kelompok. Musta’in mencontohkan, misal ada bantuan dari bupati. Tapi saat pengurus mencatat jumlah masyarakat yang layak mendapat bantuan di beberapa kecamatan, yang dia catat anggota keluarga, kelompok politik, atau partainya sendiri.
Bahkan, dia menegaskan, zalim jika ada yang berkecukupan tapi tetap dicatat sebagai penerima bantuan karena masih keluarga sendiri. “Ini namanya picik jika kelompok sendiri yang diurus. Rusak dunia kalau begini!” ujarnya.
Dia menuturkan, “Sampean jangan sampai kena nafsu kalbiah. Kalau memilah kudu bolo dewe. Muslimat aja atau majelis taklim Aisyiyah saja. Utamakan orang yang membutuhkan! Jangan memihak pada golongan!”
Nafsu Khimariah
Kedua, nafsu khimariah. Khimar artinya keledai, yaitu hewan yang jika ia lapar berteriak, tapi jika sudah kenyang diam saja. “Misal ia belum dapat bagian maka ia mencari siapa pimpinannya, kok aku nggak dikasih?” ujarnya mencontohkan.
Dalam hal ini, orang yang memiliki nafsu khimariah pasti suka protes ketika belum mendapat bagian yang ia inginkan. Setelah mendapatkan yang ia mau, maka ia diam. Ia tidak mau tahu keadaan orang di sekitarnya.
Ketiga, nafsu bahaimiah. Ustadz Musta’in menerangkan, bahaim bermakna binatang secara umum. “Artinya ada guyonan wal keduwal senajan bantalan kadal diuntal. Ngapunten, menungso nek wis kayak binatang niki masyaallah rusak,” tegasnya.
Dengan demikian, jika manusia tidak menggunakan akal, pendengaran, dan mata maka mereka seperti binatang. ‘Bal hum adhal’, bahkan lebih kejam dan hina.
“Jika bajing (tupai) mencuri kelapa, ia cukup mengambil satu karena kenyang. Tapi jika bajingan, masyaallah sak truk amblas!” ungkap Musta’in.
Dia menyimpulkan, karena manusia dibekali akal, hati nurani, dan nafsu, maka siapapun juga bisa jahat. “Sebab akal setiap manusia ada potensi baik dan potensi jahatnya. Jika ada orang baik tapi disakiti terus bisa muncul jeleknya!” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni