Ashabul Kahfi, Ada Petunjuk Menghitung Kalender oleh Amirul Muslihin, Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Blitar.
PWMU.CO– Ashabul Kahfi adalah kisah para pemuda yang beriman kepada Allah sebagaimana dikisahkan kepada Muhammad Rasulullah saw. Mereka mengakui keesaan Allah di tengah kepercayaan syirik bangsa Rumawi.
Mereka mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah swt. Berdiri di hadapan rajanya, pemuda-pemuda itu berkata,”Rabb kami adalah Rabb seluruh langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Rabb selain Dia.”
Kepercayaan tauhid itu oleh penguasa dianggap pemberontakan. Maka pemuda-pemuda bangsawan kerajaan itu jadi target penangkapan.
Menghindari penangkapan, mereka lari dari ibu kota. Mengasingkan diri demi mempertahankan iman dan agamanya. Mereka lantas bersembunyi di dalam gua untuk menghindari fitnah dan kejaran tentara penguasa.
Saat istirahat dalam gua, mereka ditidurkan Allah beberapa tahun. Tahun-tahun yang berbilang banyak dan lama. Kemudian dibangunkan. Lalu saling bertanya di antara mereka berapa lama tertidur.
Berkatalah salah seorang di antara mereka: ”Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)” Mereka menjawab: ”Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.”
Berkata (yang lain lagi): ”Rabb kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).”
Kemudian salah seorang di antara mereka disuruh pergi ke kota dengan membawa uang peraknya. Hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik. Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.
Tafsir Ibnu Katsir
Di dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah Ibnu Katsir, diceritakan bahwa mereka menyangka, hanya tidur sehari atau sebagian hari atau lebih dari itu. Padahal mereka telah tidur selama 309 tahun.
Selama itu telah berganti raja. Situasi sosial politik negeri sudah berubah dari generasi ke generasi. Kaumnya yang dahulu syirik sudah tiada dan berganti. Merekapun menjadi terasing karena keadaan mereka masih segar seperti kehidupan 309 tahun yang lalu. Padahal kondisi sudah berbeda dengan penduduk saat mereka bangun. Mata uang perak yang dibawa pun berbeda. Menjadi kuno, tak berlaku lagi.
وَلَبِثُواْ فِي كَهۡفِهِمۡ ثَلَٰثَ مِاْئَةٖ سِنِينَ وَٱزۡدَادُواْ تِسۡعٗا ٢٥
Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun. (Al-Kahfi: 25).
Yakni mereka tertidur di dalam gua selama 309 tahun sebelum Allah membangunkan mereka kembali. Imam al-Zajjaj berpendapat yang dimaksud adalah 300 tahun Syamsiyah (Masehi) atau 309 Qomariyah (Hijriyah).
Sebagaimana dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir Syaikh Dr Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya meyebutkan, apa yang disebutkan dalam ayat 25 merupakan pemberitahuan dari Allah swt kepada RasulNya tentang lamanya masa yang dijalani oleh para pemuda penghuni gua, sejak Allah swt menidurkan mereka hingga Allah swt membangunkan mereka dan orang-orang yang ada di masa itu dapat menjumpai mereka.
Disebutkan, masa itu adalah tiga ratus tahun lebih sembilan tahun menurut perhitungan tahun Qamariyah. Sedangkan menurut tahun Syamsiyah, masa mereka adalah tiga ratus tahun. Karena perbedaan antara tahun Qamariyyah dan tahun Syamsiyah ialah kalau tahun Syamsiyah seratus tahun, persamaannya dalam perhitungan tahun Qamariyahnya adalah seratus tiga tahun. Karena itulah sesudah disebutkan tiga ratus tahun, disebutkan pula oleh firmanNya:
وَازْدَادُوا تِسْعًا
dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Al-Kahfi: 25)
Surat al-Kahfi di atas merupakan ayat-ayat perbandingan tarik Masehi dan Hijriyah yang di presentasikan sekaligus dipamerkan adanya perhitungan dan penanggalan oleh Allah swt yang maha mengetahui melalui NabiNya kepada orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab tentang perselisihan mereka di antaranya berapa lama ashabul kahfi tinggal di dalam gua.
Perhitungan di ayat itu tidak kalah akuratnya bahkan selalu konsisten yang di kemudian hari diperuntukkan bagi umatnya hingga akhir zaman. Ini sebagai pelajaran dan referensi serta penguji dalam penyusunan Kalender Islam dan perhitungan waktu-waktu ibadah.
Tujuan utama kisah ashabul kahfi kala itu hingga akhir zaman salah satu di antaranya adalah untuk menunjukkan kebenaran nubuwah kenabian Muhammad Rasulullah saw. Juga kebenaran kitab al-Quran yang dibawanya sebagai bimbingan yang lurus dan petunjuk untuk kehidupan di dunia menuju akhirat. (*)
Editor Sugeng Purwanto