Analisis
Tampaknya kedua jenis hadits di atas (yakni periwayatan Abu Hurairah dan periwayatan Aisyah dan kawan-kawannya) kontradiksi. Satu sisi adanya larangan berpuasa jika telah masuk pertengahan bulan Syaban, namun di sisi lain adanya contoh dari Rasulullah SAW untuk menjalani puasa Syaban sepenuhnya.
Riwayat Abu Hurairah itulah yang dijadikan argumentasi bagi mereka yang melarang berpuasa setelah tengah bulan Syaban, sementara riwayat Aisyah dan kawan-kawan dijadikan hujah bagi mereka yang memperbolehkan berpuasa setelah pertengahan bulan Syaban.
Sesungguhnya untuk mengkompromikan kedua dalil yang tampaknya kontradiksi tersebut tidaklah sulit. Hadits-hadits yang menjelaskan bolehnya berpuasa setelah tengah Syaban adalah murni dari perilaku Rasulullah SAW itulah yang dijadikan hujah bagi orang-orang yang memperbolehkan berpuasa sepenuh bulan Syaban, sementara hadits larangan berpuasa setelah tengah bulan Syaban merupakan hadits qauli (pernyataan dari Rasulullah SAW). Dan kedua jenis hadits itu sama-sama shahihnya.
Dengan demikian hadits-hadits yang menjelaskan pelaksanaan berpuasa sepenuh bulan Syaban dibawa pada hukum mubah bagi beliau. Sementara hadits larangan dibawa kepada mereka yang udzur selain beliau sehingga hukum orang lain berbeda dengan hukum terhadap Rasulullah SAW.
Dengan pola memahami seperti ini maka tidak terjadi lagi kontradiksi antara kedua jenis hadits yang sama-sama shahihnya. Itulah sebabnya dalam satu redaksi hadits yang diriwayatkan oleh Usmah bin Zaid bahwa pada bulan itu banyak umat yang melupakannya.
Maka dengan ucapan itulah mempertajam analisis bahwa bagi orang-orang yang mampu dan tidak melupakan kemuliaannya, tentunya lebih afdhal berpuasa sepenuh bulan.
Catatan Akhir
Cara pemahaman hadits secara tematik seperti di atas merupakan cara yang paling efektif untuk menjelaskan mereka yang sering menuduh terjadinya kekacau-balauan dalam hadits-hadits Nabi SAW. Hal ini berbeda jika status hadits-haditsnya berbeda, ada yang shahih dan ada pula yang dhaif. Tentunya yang dikedepankan adalah hadits-hadits yang shahih.
Silahkan kepada siapa yang memiliki kemampuan untuk melakukan puasa Syaban sepenuhnya. Namun jika ada udzur atau keterbatasan, agar mengerjakannya sebatas kemampuannya. Semoga dapat berfungsi sebagai pembiasaan untuk menghadapi kewajiban puasa di bulan Ramadhan berikutnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Hadits-Hadist Amalan Puasa Syaban Kontradiski?, kali pertama dimuit di majalah Matan dengan judul Kontradiksi Hadits Puasa Sya’ban.