Berburu Susiati untuk Nominasi PWA Award. Tulisan Humaiyah, Kontributor PWMU.CO Jember.
PWMU.CO – Hampir tengah malam, Jumat (11/3/2022) pukul 22.29 WIB, pesan Whatsapp masuk di HP saya. Dengan mata masih terasa berat, pelan-pelan saya membukanya. Ternyata dari Dra Puji Hastuti, Ketua Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) PDA Jember.
“Assalamualaikum. Ibu, mungkin dari Cabang Tanggul ada yang bisa dicantumkan ke laporan ini. Mohon besok saya dikirimi nggih. Untuk laporan besok sore ke PWA. Matur nuwun,” tulis Puji.
Tak lama, Puji pun megirimkan form pendaftaran untuk MKS Award Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim yang bertajuk Kiprah Perempuan Berkemajuan Pejuang di Bidang Sosial.
Dengan mencoba membuka mata lebar-lebar dan membaca dengan seksama isi formnya, saya baru teringat Mbak Susiati. Sekretaris MKS Tanggul yang giat sekali merawat jenazah di beberapa desa di Kecamatan Tanggul, Jember.
Kemudian, saya pun membuka PWMU.CO, mencari-cari berita tentang Susi. Seingat saya, saya pernah menulis ibu dua orang anak dan tujuh orang cucu ini. Akhirnya link PWMU.CO dengan judul Susiati, Perawat Jenazah Tangguh berhasil saya temukan.
“Ada Bu, Mbak Susi. MKS Tanggul. Baik Bu, besok saya ketik sesuai ketentuan di form,” balas saya kepada Bu Puji masih melalui pesan WA pada pukul 23.41 WIB.
“Baiklah, mohon dikirim dalam bentuk PDF ya. Termasuk foto kegiatan plus cover ditulis MKS PDA Jember. Saya tunggu Bu sampai pukul 4 sore,” tambah Puji.
Keesokan harinya, Sabtu (12/3/2022) pukul 05.31 WIB, saya membuat janji dengan Susi. Maklumlah Susi termasuk perempuan dengan banyak kegiatan. Selain bekerja di Toko MHT Tanggul, dia juga melayani jasa pijat untuk kesehatan dari rumah ke rumah.
Berburu Susiati dan Mewawancarainya
Tepat pukul 09.30 WIB, saya sampai di rumah Susi. Saya pun melakukan wawancara. Mencatat dan merekam setiap cerita Susi selama menjalani kegiatan sebagai perawat jenazah. Terkadang ada tawa, ada prihatin, bahkan menitikkan air mata kala merasakan kepedihan keluarga yang ditinggal jenazah.
Bagi Susi, mengenal Aisyiyah seperti sebuah berkah tersendiri. Dari Aisyiyah, Susi mengerti bagaimana merawat jenazah sesuai dengan ajaran Islam. Di Aisyiyah pula, Susi merasa menjadi manusia yang bermanfaat dengan mengamalkan ilmunya.
“Dengan merawat jenazah, saya bisa beramal semampu saya. Harta saya tak punya, ilmu pun tak seberapa. Tapi dengan bergegas jika ada yang meminta bantuan merawat jenazah, insyaallah ini menjadi ladang pahala bagi saya,” lanjut Susi.
Susi sangat berterima kasih kepada Hj Cholis Subiyanah, Bendahara PCA Tanggul yang pertama kali mengajaknya aktif di Aisyiyah. Cholis juga yang membimbing Susi agar perawatan jenazah sesuai dengan keputusan Himpunan Putusan Tarjih (HPT).
Dirasa bahan sudah cukup, saya pun pulang. Tulisan harus selesai. Deadline pukul 4 sore. Pesan WA dari Puji masuk pukul 13.13 WIB.
“Assalamualaikum, Bu, mohon maaf kalau tulisan sudah selesai sekarang, tolong segera dikirim nggih. Akan segera saya kirim ke wilayah, sebab saya mau takziyah ke luar kota,” tulis Puji.
Bagai dikejar deadline, menulis pun saya percepat. Begitulah. Zaman teknik informasi, semua harus serba cepat dan kadang mendadak. Alhamdulillah, tepat pukul 14.02 WIB tulisan tentang Mbak Susi kelar dan lanjut saya kirim ke Puji Hastutik. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni