Fokal Memfasilitasi Kader IMM
Maka, lanjut dia, Fokal IMM harus pula memiliki semangat untuk memfasilitasi dan mendampingi kader yang saat ini masih aktif di stuktural untuk tampil sebagai intelektual. Juga berkarier di ranah keumatan dan kebangsaan dengan fasilitasi dari jaringan Fokal IMM yang tersebar diberbagai profesi dan organisasi.
“Ini menurut saya penting. Saya sering mengusulkan, misalnya, Fokal IMM bisa memfasilitasi scholarship atau beasiswa untuk mereka melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Ini harus menjadi perhatian penting,” paparnya.
Pria asal Kudus, Jawa Tengah itu menegaskan itu karena tradisi keilmuan adalah bagian dari identitas pertama IMM yang di dalam marsnya menyebut sebagai cendekiawan berpribadi.
“Nah, cendekiawan itu tidak hanya unggul dalam konteks kualitas keilmuannya. Lebih dari itu juga unggul pada komitmennya pada kebenaran. Juga komit untuk membela yang hak-hak mereka yang termarjinalkan,” ungkapnya.
“Ini juga menjadi bagian penting karena sekarang ini kita merasakan betul bagaimana pentingnya kecendekiawan itu dalam situasi kebangsaan yang nampaknya semakin lama bukan semakin menunjukkan tanda-tanda cita dan tujuan nasional,” urainya.
Karena itulah, Prof Mu’ti mengingatkan kembali supaya kader IMM yang memiliki kedekatan dengan berbagai khasanah keilmuan tidak boleh menjadi ilmuwan yang pragmatis. Apalagi menjadi ilmuwan Isoman.
“Jadi tidak boleh IMM menjadi kelompok mahasiswa yang isoman. Yang asyik dengan dirinya sendiri. Dan asyik itu pun dalam kondisi tidak baik. Agar menjadi cendekiawan berpribadi,” tandasnya.
Kegiatan ini diadakan di Aula Mas Mansur Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Jalan Kertomenanggal VI/1 Surabaya, Senin (14/3/2022). Adapun agenda acara diisi dengan pengukuhan 20 Koordinator Daerah (Korda) Fokal IMM se-Jatim, dan Launching Graha Fokal IMM Jatim. Juga ada acara sarasehan dan seminar kebangsan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni