PWMU.CO– 3 kekuatan menulis untuk membangun peradaban disampaikan Luthfi Jayadi Kuniawan, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMM dalam acara tips menulis buku di SMA Muhammadiyah 1 Panji Situbondo, Sabtu (12/3/2022).
Acara ini dihadiri oleh 30 peserta yang terdiri dari siswa dan guru SMA Muhammadiyah 1 Panji.
3 kekuatan menulis untuk membangun peradaban, menurut Luthfi Jayadi, pertama, menulis adalah persaksian atas kejadian kehidupan yang terjadi di muka bumi.
Kedua, kekuatan menulis itu menuntut orang untuk hidup. Keempat, dengan tulisan itu nama kita akan melampaui umurnya. ”Kalau kita tidak pernah menulis, peradaban kita tidak pernah terjadi,” terangnya.
Ada tiga bentuk tulisan yaitu fiksi, non fiksi, dan faksi. Tulisan fiksi yakni mengarang. Contoh novel, puisi. Tulisan non fiksi itu buku diklat, kejadian, buku pelajaran.
Kemudian faksi adalah fakta yang difiksikan yaitu kisah nyata, fakta, yang ditulis dengan gaya fiksi novel. Contoh autobiografi dan biografi.
Dia mengatakan, buku itu ibarat perjalanan hidup. Buku yang baik itu ketika dibaca melahirkan impresi. Kesan mendalam sehingga tertarik terus membaca.
”Kalau buku sudah dibaca lima halaman tidak bisa dipahami bisa dipastikan buku itu susah dipahami,” ujarnya.
Dia mengharapkan guru SMA Muhammadiyah 1 Panji bisa membuat buku dan disiapkan slot. ”Saya fasilitasi tidak menggunakan uang,” tandasnya.
Dikatakan, buku itu sarana penyebar pengetahuan. Menulis buku jangan asal dan harus bisa dipertanggungjawabkan. Motivasi menulis jangan karena ingin terkenal atau mendapatkan penghasilan, tapi media dakwah.
Dijelaskan, literasi Indonesia sangat rendah dibanding negara tetangga. Penduduk 240 juta tapi setahun hanya 10 ribu judul buku. Porsi buku perguruan tinggi 8 persen. Sebagian besar cetak ulang dan terjemahan.
Vietnam 10 ribu judul buku per tahun dengan jumlah penduduk 26 juta. Malaysia 15 ribu judul buku per tahun dengan penduduk 80 juta.
Luthfi menambahkan juga urutan menulis yang pertama mengumpulkan bahan, menentukan topik, membuat outline dengan disiplin dan Aksesoris Buku. Dan yang penting dalam menulis itu tidak perlu menggurui. (*)
Penulis Pandu Anom Nayaka Editor Sugeng Purwanto